kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Senin, 30 Maret 2020 / 07:15 WIB
Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro

Nah, secara umum, pro kontra lockdown dan polemik penanganan wabah corona tampak menjadi isu elit. Masalah ini bergulir dan menjadi perdebatan serta bahan pro kontra antara pejabat dan politisi. Padahal, apa pun kebijakan yang ditempuh pemerintah, masyarakat yang akan terkena imbasnya.

Lantas, bagaimana masyarakat umum memandang polemik lockdown dan kebijakan penanganan corona? Kontan.co.id mencoba menjaring pendapat belasan “rakyat jelata”, terutama mereka yang bekerja dan berprofesi melayani maupun bersentuhan dengan banyak orang.

Memang banyak di antara masyarakat kecil yang keberatan penerapan kebijakan karantina lantaran takut penghasilan mereka tergerus drastis. Juga pasokan sembako menjadi sulit. Namun apabila pemerintah bisa menjamin ketersediaan pasokan dan kepastian penghasilan, mayoritas mereka setuju. Publik juga meminta edukasi bagaimana cara pencegahan dan penanganan wabah corona. Selama ini upaya pemerintah untuk mengedukasi terkait bahaya corona dirasakan masih minim. Masyarakat hanya tahu dari pemberitaan. Simak pendapat mereka.

-Maman, pria berusia 29 tahun, asal Garut, Jawa Barat yang berprofesi sebagai barber (tukang cukur) dan membuka jasa di Jalan Ciater Raya, Ciputat, Tangerang Selatan.

Tentang wabah corona: “Saya ikuti berita corona dari televisi, baca-baca online. Takut juga karena kan menularnya kan cepat sekali dan banyak yang meninggal ya. Kalau dipikirin banget malah bikin stres. Ya sudah saja, mau gimana lagi? Yang penting kita jaga kebersihan saja, terutama cuci tangan.”

Tentang lockdown: “Saya juga sering dengar tentang lockdown. Kota Jakarta ditutup kan ya? Bisa-bisa saja ditutup, tapi sudah pikirkan belum akibatnya? Kan kasihan yang cari makan di Jakarta. Apa mau diganti?”

-Anwar, berusia 32 tahun, tinggal di Grogol, Jakarta, berprofesi sebagai awak feeder bus Transjakarta. Pria ini asal Subang, Jawa Barat.

Tentang wabah corona: “Terus terang saja saya takut karena pekerjaan saya banyak berhubungan dengan banyak orang. Kita tidak tahu bagaimana kondisi kesehatan setiap penumpangnya. Cuma saya ikuti saja aturannya. Bersih-bersih, pake masker. Kalau urusan yang lain-lainnya sudah bukan kuasa kita.”

Tentang lockdown: “Lockdown? Apa kuat tanggung semua penghasilan orang? Harus dipikirkan masak-masak. Mau jamin semuanya? Kalau ada jaminan ganti penghasilan, silakan saja.”




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×