kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45911,13   9,73   1.08%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Senin, 30 Maret 2020 / 07:15 WIB
Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro

-Rohman, pria berusia 41 tahun, pedagang nasi goreng keliling, tinggal Kampung Baru, Pos Pengumben, Jakarta Barat. Asal Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat.

Tentang wabah corona: “Ya takut juga sih sama corona. Tapi takut kan bukan harus dihindari yang penting jaga-jaga. Juga menjaga keluarga. Anak-anak sama istri saya suruh selalu bersih, cuci tangan sering-sering. Ya sekarang bagusnya semua jadi bersih, jaga kebersihan. Efeknya memang ada, dagangan agak sepi. Tapi masih bagus lah. Sehari masih bisa habis 5,5 liter beras. Rp 200.000 bersih masih dapet lah. Enggak beda jauh sama sebelum ada corona. Kalau enggak habis kan masih bisa dimakan atau dibagikan ke tetangga.”

Tentang lockdown: “Kalau memang dibutuhkan, silakan saja dilakukan. Karena kan pemerintah yang tahu. Kalau memang lockdown yang bisa digunakan untuk mengatasi corona, ya ditempuh saja. Yang penting persiapannya matang. Jangan cuma untungin orang kaya yang punya duit.

-Eno, pria berusia 42 tahun berasal dari Kuningan, Jawa Barat. Sehar-hari berdagang rokok dan minuman kaki lima di depan pompa bensin Shell, Pos Pengumben, Jakarta Barat. Pria asal Kuningan, Jabar biasanya meraih omzet Rp 400.000, sementara bersihnya Rp 60.000-Rp 70.000 per hari.

Tentang wabah corona: “Saya takut dikit pada corona. Enggak sampe bikin panic atau gimana. Kalau panik, mana bisa dagang. Nanti enggak dapat uang. Sama kayak yang lain-lain saja, jaga-jaga, sering-sering cuci tangan. Tapi saya juga enggak tahu bagaimana sih cara penularannya? Kan harusnya dijelasin. Selama ini enggak ada penjelasannya. Tolong pemerintah kasih penjelasan yang lengkap supaya orang seperti saya enggak bingung. Terus cara pencegahannya bagaimana. Baiknya dikasih tahu. Media massa juga sebaiknya jangan takut-takut beritanya tapi yang bermanfaat.”

Tentang lockdown: “Saya terserah pemerintah saja. Cuma saya lihat video di Italia itukan menakutkan ya. Enggak ada makanan, terus kalau keluar ditangkepin. Itu bisa makin parah kalau ada lockdown. Tapi kembali ke pemerintah kalau bisa jamin kita bisa dapat penghasilan silakan saja. Cuma kalau seperti sekarang saja, dagangan makin sepi. Karena yang keluar makin dikit. Saya biasanya dapet omzet Rp 450.000-Rp 500.000 sehari. Bersih bisa Rp 75.000. Sekarang turun, hanya Rp 300.000. Paling bersih RP 45.000-Rp 50.000. Tolonglah dipertimbangkan baik-baik.”

-Paikem, wanita berusia 67 tahun, pemilik warung makanan di dekat akses masuk Jalan Tol BSD-Pondok Aren, Ciater, Tangerang Selatan. Wanita ini berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta.

Tentang wabah corona: “Saya tahu sedikit tapi masih enggak jelas apa itu penyakitnya. Katanya seperti orang flu ya terus bisa meninggal. Apa benar begitu? Saya enggak begitu tahu makanya enggak tahu bagaimana caranya supaya enggak kena. Cuma sudah kebiasaan Bapak (suaminya) bikin jamu. Tiap hari bikin, diminum pagi. Ya itu juga saya ikuti.”

Tentang lockdown: “Apa itu lockdown? Saya enggak tahu (kemudian KONTAN menjelaskan garis besar lockdown). O, ya kasihan rakyat. Nanti cari makannya bagaimana? Kalau enggak bisa keluar atau dagang, dari mana makannya? Kalau pemerintah mau jamin semuanya, silakan saja. Saya waktu mulai dengar soal corona, saya juga sudah bilang sama suami. “Pak, situasi kok seperti ini. Apa enggak sebaiknya kita pulang saja? Di kampung kan masih bisa tani atau buka warung juga”. Tapi bapak masih keberatan.Jadi ya sudahlah. Kalau memang sudah masanya, ya di mana pun meninggal itu bisa saja. Saya pasrah saja.”




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×