Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro
-Moko, pria berumur 48 tahun ini berprofesi sebagai sopir truk angkutan barang, termasuk beras yang dipasok ke Pasar Cipinang, Jakarta. Pria ini berasal dari Boyolali, Jawa Tengah.
Tentang virus corona: “Kalau dipikir takut, ya takut. Tapi kalau dibawa enteng, ya enteng. Tidak ada hal khusus bagi saya untuk mencegahnya. Tetap seperti hari-hari biasa. Seperti sekarang, makan tetap di pinggir jalan. Cuma sekarang sepi sekali muatan, sehingga saya harus cari-cari muatan lain. Sekarang misalnya dapet muatan untuk membawa barang ke hotel di Kuningan Jakarta.”
Tentang virus lockdown: “Kalau pemerintah bisa jamin bahan pokok tersedia, tidak sulit, dan orang masih bisa cari penghasilan, silakan saja. Kalau belum, jangan dipaksakan.”
-Hariyanto, pria umur 55 tahun ini berprofesi sebagai pedagang bakso keliling di kawasan perumahan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Dia berasal dari Wonokromo, Alian, Kebumen, Jawa Tengah.
Tentang virus corona: “Saya tidak peduli katanya wabah virus bahaya. Semua sudah ada yang ngatur. Biasa-biasa saja menghadapinya. Namanya penyakit kalau jorok kan pasti kena. Apa-apa kan tergantung dari diri kita. Kalau jaga kebersihan tidak kena. Sekarang hanya orang-orang panic. Terlalu dibesar-besarkan. Masa orang tidak bisa bertemu. Padahal kalau ada apa-apa kan tetangga yang tolong kita. Bagaimana itu jaga hubungan tetangga kalau ketemu saja dibatasi.”
Tentang virus lockdown: “Jangan ada itu. Kenapa harus ditutup-tutup. Yang harus ditutup itu orang-orang berduit. Mereka yang kena dulu karena dari luar negeri. Kita kan enggak ada hubungannya. Itu lihat di luar negeri banyak yang mati karena ditutup. Orang cari makan masa dilarang. Memang mau diganti, ditanggung. Kalau pada kelaparan siapa yang tanggung jawab.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News