kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kuota BBM subsidi tahun 2015 dipatok 46 juta kl


Senin, 15 September 2014 / 22:13 WIB
Kuota BBM subsidi tahun 2015 dipatok 46 juta kl
ILUSTRASI. Ini cara mencuci jas hujan Anda yang berbahan plastik atau bahan lainnya


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Satu lagi pekerjaan berat bagi pemerintahan baru yaitu kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 ditetapkan sebesar 46 juta kiloliter (kl). Padahal tahun ini saja pagu volume 48 juta kl hingga akhir tahun diprediksi jebol hingga 1,3 juta kl-1,5 juta kl.

Pemerintah bersama Panitia Kerja (Panja) Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rapat kerja Senin (15/9) memutuskan volume BBM bersubsidi tahun depan sebesar 46 juta kl. Pemerintahan baru diharapkan dapat melakukan penghematan penggunaan BBM bersubsidi.

Padahal, pertumbuhan ekonomi tahun depan dipagu sebesar 5,8%. Pertumbuhan ini jelas lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dalam APBN-P 2014 sebesar 5,5%.

Target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan mengakibatkan berbagai sektor ekonomi mengalami peningkatan, tak terkecuali penjualan kendaraan bermotor. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Andin Hadiyanto mengatakan pertumbuhan konsumsi BBM bersubsidi dengan asumsi ekonomi 5,5% adalah sebesar 5%.

Melihat asumsi ekonomi 5,8% dan volume BBM bersubsidi hanya 46 juta kl, yang paling penting adalah menjaga kebutuhan energi tetap terpenuhi. Kebutuhan energi tersebut bisa berasal dari BBM bersubsidi ataupun non subsidi. 

Pemerintahan baru harus terus melanjutkan upaya pengendalian BBM bersubsidi secara konsisten dan melakukan inovasi dalam energi-energi alternatif. "Di sisi lain, yang non subsidi disediakan. Jangan sampai beli non subsidi susah," ujar Andin, Senin (15/9).

Anggota Banggar DPR  Ferrari Romawi menilai kuota 46 juta kl adalah angka yang moderat. Pemerintahan baru dipaksa untuk melakukan penghematan.

Sejak awal tahun 2015 kelak, pemerintahan baru hendaknya sudah ada perencanaan tentang upaya penghematan agar tidak melebihi kuota. Kalau terus dilakukan kenaikan kuota maka akan memberatkan APBN. "Kita yakin pemerintah tahun depan punya jurus tertentu lakukan penghematan," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×