kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kondisi lingkungan kerja berbanding lurus dengan produktivitas dan profitabilitas


Sabtu, 05 Oktober 2019 / 14:30 WIB
Kondisi lingkungan kerja berbanding lurus dengan produktivitas dan profitabilitas
ILUSTRASI. KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -SEMARANG. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur umumnya selalu berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Dalam hal ini, penambahan jam kerja karyawan ataupun cara-cara lainnya yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan pekerja kerap dilihat sebagai langkah yang efektif untuk meningkatkan produktivitas perusahan.

Berbeda dengan pandangan tersebut, PBB menilai bahwa produktivitas perusahaan manufaktur dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pekerjaan tempat karyawan bekerja.

Baca Juga: Indonesia sukses buat Singapura lakukan obral gudang logistik

“kondisi lingkungan pekerjaan yang baik akan berdampak pada pingkatkan daya saing, produktivitas dan profitabilitas perusahaan,“ ujar Koordinator Residen Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, Anita Nirody dalam acara kunjungan ke Ungaran Sari Garments, Semarang, jawa Tengah pada Kamis (04/10).

Dalam hal ini, baik atau tidaknya kondisi lingkungan pekerjaan suatu perusahaan dilihat berdasarkan beberapa indikator seperti jam kerja yang sesuai, pengupahan yang layak, perlindungan dan pemberdayaan pekerja, pemenuhan jaminan kesehatan pekerja, dan sebagainya.

Senada, Chief Technical Advisor Better Work Indonesia (BWI), Maria Joao Vasquez bahwa penerapan standar ketenagakerjaan internasional telah berdampak positif bagi kinerja beberapa perusahaan garmen lokal.

Berdasarkan catatan BWI, lebih dari 60% perusahaan garmen yang telah bermitra dengan BWI dan menerapkan standar-standar ketenagakerjaan internasional mengalami peningkatan utilitas produksi menjadi 75% atau bahkan lebih.

Baca Juga: Turun jadi 3,5%, angka pengangguran AS dekati level terendah dalam 50 tahun

Laporan yang sama juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan ini umumnya mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga dua kali lipat setelah bergabung dalam program BWI dan menerapkan standar-standar ketenagakerjaan internasional.

Untuk diketahui, BWI merupakan program Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO) yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pekerja, terutama pekerja perempuan pada industri garmen. Program ini dilakukan dengan bekerja sama dengan International Finance Corpration (IFC).

Pandangan yang serupa juga ditemui di kalangan pelaku industri garmen. Senior HR and Compliance USG, Arif mengatakan bahwa kondisi lingkungan pekerjaan yang baik tidak hanya memiliki manfaat bagi pekerja namun juga berdampak baik bagi kinerja perusahaan.

“Karyawan bisa menjadi lebih sehat, tingkat absesnsinya berkurang sehingga produktivitas juga meningkat,“ ujar Arif ketika ditemui di sela-sela acara kunjungan ke Ungaran Sari Garments (03/10).

Sebagai salah satu produsen garmen yang telah bermitra dengan BWI dan berkomitmen untuk menerapkan standar-standar ketenagakerjaan internasional, produsen garmen yang karyawannya terdiri dari 95% pekerja perempuan ini telah melakukan sejumlah upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan kerja bagi karyawan, utamanya pekerja perempuan.

Beberapa upaya yang telah dilakukan di antaranya meliputi pemberian kelas ibu hamil, penyediaan fasilitas breastfeeding bagi pekerja perempuan yang tengah menyusui, penerapan jam kerja serta pengupahan yang layak, pemberian kebebasan untuk berserikat bagi pekerja,  penyediaan kanal-kanal komunikasi untuk menampung saran dan keluhan, dan sebagainya.

Baca Juga: Review IHSG: Dari Demonstrasi Hingga Kekhawatiran Resesi

Selama menjalankan program-program ini, perseroan yang berfokus pada penjualan ekspor ini mencatatkan pertumbuhan angka kuantitas ekspor sebesar 28,14% pada selang wakti tahun 2014 hingga 2018. Pada tahun 2014, jumlah kuantitas ekspor perseroan tercatat sebesar 22,92 juta potong. Sementara itu, pada tahun 2018 jumlah tersebut meningkat menjadi 29,37 juta potong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×