kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Kondisi Likuiditas Turun, Cadangan Emas AS dan Jerman Stagnan


Senin, 13 Mei 2024 / 16:13 WIB
Kondisi Likuiditas Turun, Cadangan Emas AS dan Jerman Stagnan
ILUSTRASI. Kondisi Likuiditas Menurun Bikin Cadangan Emas AS dan Jerman Stagnan


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan juga Bank Sentral Jerman atau Deutsche Bundesbank tercatat memiliki cadangan devisa emas terbesar di dunia pada Maret 2024.

Akan tetapi, kondisi cadangan emas kedua bank sentral tersebut cenderung stagnan dari 2 tahun sebelumnya.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, ketersediaan likuiditas yang menurun seiring kebijakan moneter yang ketat dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan The Fed membuat cadangan devisa dari AS dan Jerman jadi stagnan. 

Baca Juga: Harga Emas Melejit, Nilai Cadangan Emas di BI Meningkat pada April 2024

Hal ini juga akhirnya berimbas pada kondisi cadangan emas kedua bank sentral tersebut.

Menilik laman World Gold Council, Senin (13/05), cadangan emas The Fed pada Maret 2024 tercatat sebesar 8.133,5 ton atau mencapai 71,3% dari cadangan emas di negara tersebut.

Akan tetapi, jika menelisik beberapa tahun ke belakang, volume cadangan emas The Fed cenderung stagnan, yakni pada 2022 dan 2023 mencapai  8.133,46 ton.

Sementara itu, cadangan devisa emas Bank Sentral Jerman pada Maret 2024 sebesar 3.352,3 ton atau dengan kepemilikan cadangan emas di negara tersebut mencapai 70,6%.

Baca Juga: Seluruh Komponen Cadangan Devisa Turun Pada April 2024, Kecuali Emas

Posisi cadangan devisa emas Jerman juga cenderung stagnan bahkan turun. Pada 2023, cadangan emas Jerman mencapai 3.352,65 ton, dan pada 2022 lebih tinggi yakni mencapai 3.355,14 ton.

Adapun untuk di Kawasan Asia, kepemilikan cadangan devisa emas seperti Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBoC) memang tidak setinggi The Fed dan Bank Sentral Jerman.

Bank Sentral China memiliki cadangan devisa emas sebesar 2.262,4 ton. Nah, dalam 2 tahun terakhir, cadangan devisa Bank Sentral China ini tercatat meningkat tajam, yakni dari 2022 nilainya mencapai 423,63 ton, dan pada 2023 meningkat menjadi 2.235,39 ton.

Myrdal menilai, meningkatnya cadangan emas di Bank Sentral China karena adanya pergeseran investasi aset Bank Sentral China dari obligasi pemerintah AS ke Emas.

“Ini terjadi seiring tren kenaikan bunga moneter The Fed. Selain itu, karakteristik masyarakat yang menyukai emas membuat permintaan emas meningkat di China,” tutur Myrdal kepada Kontan, Senin (13/5).

Baca Juga: Asing Tinggalkan Pasar Indonesia, Khawatirkan Suku Bunga Tinggi dan Risiko Perang

Peningkatan cadangan emas juga terjadi di Bank Sentral India atau Reserve Bank of India (RBI), volume cadangan devisa negara tersebut jauh lebih tinggi yakni mencapai 822,1 ton, dengan persentase kepemilikan sebesar 9%.

Volume cadangan devisa emas RBI juga cenderung meningkat, yakni pada 2022 mencapai 787,36 ton, dan meningkat pada 2023 menjadi 803,58 ton.

“Alasan cadangan emas India meningkat sama seperti China. Ini karena karakter penduduk India juga menyukai investasi emas,” ungkapnya.

Ke depan, Myrdal melihat kondisi cadangan emas global akan cenderung turun sejalan dengan adanya normalisasi kebijakan likuiditas global.

Baca Juga: Target Produksi Meningkat, Simak Rekomendasi Saham Aneka Tambang (ANTM) Berikut Ini

Akan tetapi, cadangan emas bisa kembali meningkat jika adanya kenaikan tensi geopolitik yang kuat. Sehingga akan mendorong permintaan yang lebih banyak pada aset safe haven, seperti emas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×