kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Kondisi Likuiditas Dolar AS Dinilai Berpengaruh pada Daya Tarik Obligasi Pemerintah


Kamis, 09 November 2023 / 18:26 WIB
Kondisi Likuiditas Dolar AS Dinilai Berpengaruh pada Daya Tarik Obligasi Pemerintah
ILUSTRASI. Nasabah sedang melakukan pembelian Sukuk Ritel (SR) 013 menggunakan OCTO Mobile (layanan mobile banking dari CIMB Niaga) di Jakarta, Rabu (2/9). Kondisi Likuiditas Dolar AS Dinilai Berpengaruh pada Daya Tarik Obligasi Pemerintah.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gejolak ekonomi dan market global terkait likuiditas dollar Amerika Serikat (AS) diprediksi berpengaruh pada daya tarik Obligasi rupiah Indonesia (INDOGB).

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran, Surya Indrastomo, menyampaikan bahwa gejolak tersebut mempengaruhi minat investor terhadap obligasi yang diterbitkan Pemerintah Indonesia. Menurutnya, tenor jangka panjang obligasi pemerintah saat ini justru kurang diminati.

Rerata, investor cenderung tertarik pada obligasi dengan tenor yang pendek. Sementara tenor dengan jangka waktu di atas 1 tahun  kurang diminati. Sehingga untuk menarik investor, yield dari obligasi dengan jangka yang panjang harus ditingkatkan.

Baca Juga: Menilik Upaya Perbankan Menjaring Pendanaan dari Sumber Non DPK

“Sekarang yang jangka panjang kurang diminati yang above 1 tahun, demand rendah jangka panjang ini yang membuat yield yang ditawarkan harus lebih tinggi,” tutur Banjaran kepada Kontan.co.od, Kamis (9/11).

Dia melanjutkan, jika yield obligasi jangka panjang termasuk jangka pendek meningkat, maka  akan berpengaruh pada beban utang pemerintah yang semakin tinggi.

“(Tenor) jangka pendek digunakan untuk menutup penurunan minat. Jadi yield kejar-kejaran (antara jangka pangang dan pendek),” ungkapnya.

Baca Juga: BI dan Bank Sentral Singapura Perpanjang Kerja Sama Keuangan Bilateral

Untuk diketahui, Kementerian Keuangan mencatat, yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun per 24 Oktober tercatat sebesar 7,10% (eop) dan 6,59% year to date (ytd), dari target yang ada dalam APBN 2023 sebesar 7,9%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×