CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.509.000   -5.000   -0,33%
  • USD/IDR 15.905   -55,00   -0,35%
  • IDX 7.047   -67,28   -0,95%
  • KOMPAS100 1.072   -14,11   -1,30%
  • LQ45 844   -12,96   -1,51%
  • ISSI 217   -0,77   -0,35%
  • IDX30 431   -7,34   -1,67%
  • IDXHIDIV20 519   -7,43   -1,41%
  • IDX80 123   -1,72   -1,38%
  • IDXV30 127   0,06   0,05%
  • IDXQ30 144   -1,74   -1,19%

Kenaikan Tarif PPN Jadi 12% Akan Hambat Laju Manufaktur Indonesia


Senin, 02 Desember 2024 / 17:52 WIB
Kenaikan Tarif PPN Jadi 12% Akan Hambat Laju Manufaktur Indonesia
ILUSTRASI. Indeks manufaktur atau PMI Manufaktur Indonesia diperkirakan akan terus mengalami kontraksi hingga akhir tahun 2024 nanti.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indeks manufaktur atau PMI Manufaktur Indonesia diperkirakan akan terus mengalami kontraksi hingga akhir tahun 2024 nanti.

Prediksi tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono saat ditanya terkait kondisi industri manufaktur yang sudah terkontraksi selama lima bulan beruntun.

Menurutnya, meski ada sedikit peningkatan pada bulan-bulan menjelang lebaran, kondisi secara keseluruhan masih menunjukkan penurunan.

"Pada Desember itu fokus ke pengiriman untuk puasa dan lebaran, sehingga kemungkinan untuk keluar dari zona kontraksi masih kecil," kata Fajar kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).

Baca Juga: Kontraksi PMI Manufaktur Berlanjut, Kemenperin: Butuh Kebijakan Dukung Industri

Meski ada sedikit lonjakan terkait kebutuhan barang untuk persiapan puasa dan lebaran, hal tersebut dianggap tidak cukup untuk mendorong pemulihan industri secara signifikan.

Fajar juga menyoroti tingginya ketergantungan pada impor barang jadi, serta pengurangan jam kerja di beberapa industri terutama garment, yang semakin membatasi kemampuan sektor manufaktur untuk bangkit.

Fajar menambahkan, meski ada peningkatan konsumsi selama Ramadhan dan lebaran, dampaknya hanya bersifat sementara.

Pasalnya, jika tidak ada langkah penyelamatan dari pemerintah, terutama terkait dengan pengendalian impor barang jadi, industri manufaktur akan tetap sehingga akan mempengaruhi kinerja sektor manufaktur paa kuartal II-2025.

"Ini nanti di kuartal kedua itu pasti akan turun. Ini kalau pemerintah tidak segera mengambil tindakan penyelamatan atau pelindungan industri dalam negeri," katanya.

Menurut Fajar, pemerintah perlu segera mengambil tindakan untuk melindungi industri manufaktur dalam negeri, mengingat kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dan kenaikan upah minimum nasional (UMN) yang masih belum mampu merangsang pertumbuhan industri secara signifikan. 

Tanpa adanya intervensi, diperkirakan sektor manufaktur akan tetap terpuruk setelah lebaran.

Baca Juga: Manufaktur Indonesia Terkontraksi Lima Bulan Beruntun

Fajar memperkirakan indeks PMI manufaktur masih akan  berada di bawah 50 hingga Maret 2025.

Sebagai informasi, PMI Manufaktur Indonesia pada November 2024 masih melanjutkan tren kontraksi selama lima bulan beruntun.

Berdasarkan laporan S&P Global, PMI Manufaktur November 2024 tercatat 49,6, naik sedikit jika dibandingkan dengan Oktober 2024 yang hanya 49,2. Hal ini mengindikasikan kondisi operasional sedikit melambat pada periode penurunan saat ini.

Selanjutnya: Dua Sektor Ini Berpotensi Terbebani Kenaikan PPN 12% pada Tahun 2025

Menarik Dibaca: Sheraton Bali Kuta Resort Hadirkan &More by Sheraton, Padukan View Kuta & Kuliner

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×