Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda mengaku tidak percaya dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025.
Berdasarkan laporan BPS, Selasa (5/8/2025), ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 terhadap triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 4,04% (q-to-q).
BPS juga melaporkan bahwa ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 terhadap triwulan II 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 5,12% (y-on-y).
“Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 penuh kejanggalan dan tanda tanya publik. Saya tidak percaya dengan data yang disampaikan mewakili kondisi ekonomi yang sebenarnya,” kata Nailul kepada Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Kejanggalan di balik laporan BPS soal pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025
Menurut Nailul, terdapat tiga hal yang janggal di balik laporan BPS soal pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025. Berikut daftarnya:
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II lebih tinggi dari triwulan I
Nailul menyampaikan, pertumbuhan ekonomi triwulan II yang lebih tinggi dibandingkan triwulan yang terdapat momen Ramadhan dan Lebaran terasa janggal.
Hal tersebut berbeda dengan tahun sebelumnya ketika pertumbuhan ekonomi secara triwulan yang lebih tinggi bertepatan dengan momen Ramadhan dan Lebaran.
Baca Juga: Publik dan Ekonom Mempertanyakan Data BPS yang Janggal, Begini Respons Sri Mulyani
“Triwulan I 2025 saja hanya tumbuh 4,87%. Jadi, cukup janggal ketika pertumbuhan triwulan II mencapai 5,12%,” kata Nailul.
2. Pertumbuhan industri pengolahan
Nailul juga menyoroti pertumbuhan industri pengolahan yang mencapai 5,68%. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2025 sebesar 4,55%.
Menurut Nailul, pertumbuhan industri pengolahan yang lebih tinggi dari triwulan I tidak sejalan dengan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di bawah 50 poin pada April-Juni 2025.
“Artinya perusahaan tidak melakukan ekspansi (tambahan produksi) secara signifikan,” katanya.
“Selain itu, kondisi industri manufaktur juga tengah memburuk dengan salah satu leading indikatornya adalah jumlah PHK yang meningkat 32 persen (YoY) selama periode Januari-Juni,” tambah Nailul.
Baca Juga: Data Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Dinilai Janggal, Begini Respons Kepala BPS