kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.891.000   25.000   1,34%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Kenaikan tarif layanan polri kerek inflasi


Sabtu, 14 Januari 2017 / 10:10 WIB
Kenaikan tarif layanan polri kerek inflasi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif layanan publik di Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ternyata turut mengerek inflasi di awal bulan ini.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, hasil survei pemantauan harga mingguan yang dilakukan BI menunjukkan, inflasi bulanan pada pekan pertama Januari 2017 tercatat 0,74% dan inflasi tahunan pada pekan pertama Januari sebesar 3,26%. Lebih tinggi dibanding akhir tahun lalu 3,02% secara tahunan.

Menurut Perry, tingginya inflasi di awal bulan ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya kenaikan biaya pengurusan surat tanda nomor kendaraan (STNK). "Kenaikan biaya pengurusan STNK berdampak ke inflasi 0,25% di Januari," kata Perry, Jumat (13/1). Selain itu, efek kenaikan tarif listrik untuk golongan 900 VA juga menyumbang inflasi 0,11%.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) di Kepolisian RI yang berlaku mulai 6 Januari 2017, pemerintah menaikkan tarif kepengurusan surat-surat kendaraan sekitar dua kali hingga tiga kali lipat dari tarif sebelumnya.

Misalnya, untuk penerbitan STNK roda dua dan roda tiga, pada peraturan lama hanya membayar Rp 50.000, peraturan baru membuat tarif menjadi Rp 100.000. Untuk roda empat, tarifnya naik dari Rp 75.000 menjadi Rp 200.000.

Tapi, kata Perry inflasi pekan pertama Januari relatif terkendali. Ia yakin, dampak kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered prices) ini bersifat temporer.

Namun, ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan inflasi Januari 2017 akan cukup tinggi. Bahkan, laju inflasi bulanan pada Januari 2017 berpotensi menembus 1%.

Menurut Juniman, inflasi tahun ini akan dipengaruhi oleh inflasi administered prices. Pemicunya adalah kenaikan tarif listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) rokok, hingga kenaikan tarif pengurusan surat kendaraan bermotor.

Inflasi itu juga turut disumbang oleh harga pangan yang bergejolak (volatile food). Bahkan, kenaikan harga cabai saat ini merembet ke harga pangan lainnya. "Untuk bulan ini, kami proyeksi inflasi sekitar 0,8%-1% dan itu membuat inflasi tahunannya ikut naik menjadi 3,3%-3,5%," kata Juniman kepada KONTAN, Jumat (13/1).

Menurut Juniman, secara historis, inflasi Januari memang selalu tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Januari 2013 1,03% dan Januari 2014 1,07%. Sempat deflasi 0,24% pada Januari 2015 dan kembali inflasi 0,51% di Januari 2015.

Juniman bilang, tingginya inflasi di awal tahun biasanya disebabkan oleh kenaikan harga pangan. Namun di tahun ini, kenaikan administered prices turut menambah kenaikan harga pangan.

Tingginya inflasi di awal tahun ini, kata Juniman, perlu diwaspadai pemerintah. Apalagi pemerintah berencana menaikkan tarif listrik untuk pelanggan 900 VA dan 450 VA sebanyak tiga kali tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×