kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.445   1,00   0,01%
  • IDX 7.886   84,28   1,08%
  • KOMPAS100 1.105   15,66   1,44%
  • LQ45 799   5,45   0,69%
  • ISSI 270   3,79   1,42%
  • IDX30 414   3,13   0,76%
  • IDXHIDIV20 481   3,65   0,76%
  • IDX80 121   0,81   0,67%
  • IDXV30 133   1,45   1,10%
  • IDXQ30 134   1,23   0,93%

Kenaikan Harga Beras Sumbang Inflasi pada Juni 2025, Ini Kata CORE


Rabu, 02 Juli 2025 / 15:39 WIB
Kenaikan Harga Beras Sumbang Inflasi pada Juni 2025, Ini Kata CORE
ILUSTRASI. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras menjadi salah satu penyumbang inflasi pada bulan Juni 2025.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras menjadi salah satu penyumbang inflasi pada bulan Juni 2025. Di mana pada periode tersebut tingkat inflasi mencapai 0,19% (mtm).

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan bahwa komoditas penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan di mana beras menjadi kontributor utamanya.

“Komoditas dominan yang mendorong inflasi adalah beras yang memberikan andil inflasi sebesar 0,04% di Juni 2025,” jelasnya dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (1/7).

Baca Juga: Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Inflasi Terbesar, Harga Naik sejak September 2023

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Pertanian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Eliza Mardian menjelaskan, tingginya harga beras di tengah stok Bulog yang melimpah dipengaruhi oleh penyesuaian harga oleh pengusaha beras.

Pasalnya, kata dia, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) ditingkat petani pada tahun 2025 ini ditetapkan sebesar Rp 6.500/kg, sehingga pengusaha beras melakukan penyesuaian harga.

“Para pengusaha ini menyesuaikan harga, sebab harga pembelian gabah kan dinaikkan jadi Rp 6.500/kg, jadi agar para pengusaha menjaga margin keuntungan dengan cara menaikkan harga berasnya,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (2/7).

Di samping itu, lanjut dia, ada isu di penggilingan beras swasta yang saling berebut dengan pemerintah sehingga membuat harga di konsumen tinggi dinilai keliru. Sebab, serapan Bulog pada Juni 2025 hanya 2,4 juta ton sementara produksi beras Januari-Juni 2025 mencapai 19 juta, artinya pemerintah hanya bisa menyerap sebesar 12,5% saja.

“Berarti yang menjadi soal adalah penggilingan kecil rebutannya sama korporasi besar yang bisa menyerap dalam jumlah banyak, karena memiliki kekuatan modal dan teknologi. Harga ini ditentukan oleh yang mengendalikan stok terbanyak, berarti middleman alias bandar atau distributor yang menentukan harga,” terangnya.

Lebih lanjut, Eliza menambahkan, pada Semester II-2025 produksi padi pada musim gadu bakal menurun dibandingkan panen raya yang lalu. Ditambah lagi curah hujan diprediksi akan berkurang sehingga ada potensi kenaikan harga beras tipis.

Meski demikian, Eliza menuturkan, kondisi tersebut bisa diatasi dengan pemerintah aktif melakukan operasi pasar untuk stabilitas harga.

“Yang harus dijaga daya belinya ini kan kalangan menengah bawah, harga beras naik ini akan menggerus daya beli mereka. Kalau harga beras premium naik ini kan segmentasinya kalangan menengah keatas, jadi ya naik juga tidak jadi soal bagi mereka,” pungkasnya.

Baca Juga: BPS Perkirakan Produksi Padi dan Beras Melonjak Hingga Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×