Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Turunkan Kemiskinan
Dalam kesempatan tersebut, Harry juga memberi apresiasi kepada tim World Bank yang sejak 2007 telah intensif melakukan asistensi dalam proses pengembangan PKH melalui Program for Result (PforR).
"Bersama World Bank, kami telah menyusun 9 DLI dan inisiatif baru PKH 2018", imbuhnya.
Berbagai inisiatif baru tersebut di antaranya yakni pembentukan Contact Center tahun 2017 sebagai media complaint handling, PKH sebagai episentrum untuk memastikan komplementaritas berbagai program lain, serta pengembangan penerapan Family Development Session (FDS).
"Tahun 2018, kami merekrut sebanyak 413 pekerja sosial supervisor untuk memastikan FDS diterapkan dengan baik bagi KPM, sehingga diharapkan mendukung capaian tujuan PKH" tutur Harry.
"Presiden menilai PKH merupakan program yang efektif dalam penurunan kemiskinan, hal ini didukung oleh hasil penelitian BPS 2016 menunjukkan bahwa dengan jumlah anggaran yang sama, PKH paling efektif dalam menurunkan kemiskinan dan kesenjangan dibandingkan program bantuan lain", tambah dia.
Doktor Ilmu Sosial Unpad ini memaparkan bahwa hasil kajian evaluasi dampak jangka panjang oleh World Bank dan NBER 2018, PKH berdampak penting dalam kesehatan dan pendidikan sejalan dengam CCT lain. Diantaranya peningkatan konsumsi perkapita 5-10 PP, peningkatan pengeluaran makanan protein 6,8 PP, 27% penurunan stunting dan pengurangan pekerja anak.
"Kalkulasi World Bank tahun 2016 menunjukkan Prospera Meksiko berhasil menurunkan kemiskinan nasional sebesar 1,8 % dan 4Ps Filipina mengurangi 1,4 %, hal ini menunjukkan implementasi program CCT menunjukkan dampak yang sama di seluruh dunia", ungkapnya.
Harry menerangkan Data BPS tentang Poverty Rate menunjukkan tren penurunan populasi kemiskinan, sejak PKH digulirkan tahun 2007 di angka 37,17 Juta, September 2013 di angka 28,61 Juta dan secara signifikan terus menurun hingga 25,95 Juta atau 9,82 % di Maret 2018.
"Rilis BPS 2018 menyebutkan penurunan kemiskinan 1 digit ini karena kontribusi bantuan sosial seperti PKH dan BPNT" terang Harry.
Selanjutnya dalam hal Gini Rasio per Maret 2011 hingga Maret 2018 menunjukkan tren penurunan, pada 2018 (0.389) telah berkurang 0.0004 poin dibandingkan Tahun 2017 (0.393).
Harry melanjutkan Data Sosial Ekonomi Strategik BPS per April 2018 menunjukkan bahwa faktor yang berkontribusi dalam penurunan kemiskinan di antaranya bantuan sosial tunai pemerintah yang tumbuh 87,6 % pada triwulan I 2018, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 yang hanya tumbuh 3,39 %. Faktor kedua adalah program bantuan sosial yang didistribusikan tepat waktu.
"Jika dilihat dari data persentase penduduk miskin di kota dan desa per September 2016 hingga Maret 2018 menunjukkan bahwa populasi penduduk miskin lebih tinggi di desa, seperti per Maret 2018 di mana 7,02 % penduduk miskin berada di kota dan 13,20 %nya berada di kota" sambung Harry.
Meskipun tingkat kemiskinan turun menjadi satu digit, jumlah penduduk miskin tetap tinggi karena dihadapkan pada berbagai tantangan pertama, tingginya disparitas antar provinsi sebagai contoh di DKI Jakarta 3,57 % sedangkan di Papua 27,74 %. Kedua, tingginya disparitas di antara desa (13,20 %) dan kota (7,02 %).
Ketiga, 60,91 % penduduk miskin berada di desa. Keempat, mayoritas penduduk miskin bekerja di sektor agrikultur sejumlah 49,90 %. Kelima, peningkatan akurasi target rumah tangga sebaik efektivitas pendanaan desa yang dibutuhkan, lebih inklusif untuk aktivitas produksi.