kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

KemenKopUKM siapkan anggaran Rp 13 miliar untuk pembangunan factory sharing di Sragen


Rabu, 29 September 2021 / 10:37 WIB
KemenKopUKM siapkan anggaran Rp 13 miliar untuk pembangunan factory sharing di Sragen
Menkop dan UKM Teten Masduki mengunjungi workshop furnitur milik Mardi Furniture di Sragen.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) tengah mempersiapkan pembangunan factory sharing untuk klaster produk unggulan ekspor furniture di Sragen, Jawa Tengah. Dalam pembangunan factory sharing ini, KemenKopUKM siap menggelontorkan anggaran senilai Rp 13 miliar.

Untuk rencana tersebut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meninjau lahan yang akan dipersiapkan untuk pembangunan factory sharing sekaligus mengunjungi workshop furniture milik Mardi Furniture di Sragen, Selasa (28/9) kemarin.

Factory sharing merupakan solusi bagi UMKM di klaster furniture agar para perajin memiliki standar dan mutu yang sama dengan industri. Dalam factory sharing ini, pengolahan kayu, pengeringan, hingga proses setengah jadi dikerjakan dengan standar industri. Mengingat furniture merupakan salah satu produk unggulan ekspor, standardisasi produk sangat penting.

Baca Juga: Indonesia ekspor 150 ton biji kopi produksi Koperasi Gunung Luhur ke Arab Saudi

“UMKM bisa maklon di sana (factory sharing) bersama-sama yang dikelola oleh koperasi. Sehingga produk UMKM punya kualitas yang tak kalah dengan industri. Ini membuat waktu produksi lebih cepat dan daya saing tinggi UMKM," jelas Teten dalam keterangan resmi, Rabu (29/9).

Terkait factory sharing juga tak luput dari pembangunan ekosistem berupa tempat pelatihan serta koperasi sebagai agregator dan offtaker. Agar produk UMKM masuk ke pasar ekspor, juga penting merekrut SDM yang berkompeten.

Teten menambahkan, kelembagaan yang perlu diperbaiki. Oleh karenanya diperlukan pelatihan vokasi untuk mencetak perajin yang berkualitas didukung pengembangan produk supaya bisa mengikuti selera market.

Factory sharing, merupakan salah satu program prioritas kementeriannya. Saat ini anggaran tersedia dan lahannya  sudah ada. Namun catatannya, menurut Teten, dari kelembagaannya yakni koperasi perlu diperkuat. Koperasi bertugas mempertemukan UMKM dengan para buyer.

Baca Juga: KemenkopUKM libatkan asosiasi PKL untuk penyaluran dana BLT Rp 1,2 juta

"UMKM tak bisa sendiri-sendiri dengan buyer karena posisi bargaining-nya lemah. Untuk itu perlu difasilitasi dengan koperasi lewat factory sharing,” imbuh Teten.

Deputi bidang Usaha Kecil dan Menengah  KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman menambahkan, untuk pembangunan satu factory sharing, kementerian telah mengalokasikan anggaran senilai Rp 13 miliar.

“Sehingga diharapkan daya saing dan kualitas produk UMKM benar-benar memiliki standar mutu,” ujar Hanung.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati merinci, pembangunan lahan 7.000 meter persegi dan ada 2 hektar lagi untuk pengembangan factory sharing. Di mana lahan ini merupakan aset milik Pemerintah Daerah (Pemda).

“Setiap dana dari pemerintah pusat programnya kan harus jelas. Sehingga lebih diutamakan aset milik pemda. Jadi, kami pastikan untuk lahan ini tak bermasalah sudah clear,” sebutnya.

Selanjutnya: Permintaan ekspor produk UMKM saat pandemi tinggi, tapi terkendala kapasitas produksi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×