kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

DEN Dorong Deregulasi Perdagangan, Soroti 4 Isu Non-Tariff Measures


Minggu, 06 April 2025 / 14:31 WIB
DEN Dorong Deregulasi Perdagangan, Soroti 4 Isu Non-Tariff Measures
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/YU. DEN menyoroti sejumlah isu strategis dalam sektor perdagangan dan investasi yang perlu segera diatasi melalui agenda besar deregulasi.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menyoroti sejumlah isu strategis dalam sektor perdagangan dan investasi yang perlu segera diatasi melalui agenda besar deregulasi.

Dalam laporan bertajuk rekomendasi DEN, DEN mengidentifikasi empat isu utama terkait hambatan non-tarif (Non-Tariff Measures/NTM) yang dinilai masih mengganggu kelancaran arus barang dan mengurangi daya saing investasi di Indonesia.

Meskipun Indonesia mencatat skor prevalensi NTM sebesar 3 poin  pada tahun 2023, ini masih lebih rendah dibandingkan China (6,8), Vietnam (5,0), dan India (4,9).

"Terdapat beberapa isu utama yang perlu diaddress dan akan menjadi bagian dari agenda besar deregulasi perdagangan dan investasi," tulis laporan DEN, dikutip Minggu (6/4).

Salah satu isu utama yang disoroti adalah kebijakan import licensing atau larangan terbatas impor (Lartas Impor). 

Baca Juga: DEN Rekomendasikan Langkah Strategis Hadapi Tarif Resiprokal AS

Berdasarkan catatan dari Kamar Dagang AS (US Chambers), sekitar 4.000 kode HS atau mewakili 70% dari total ekspor AS ke Indonesia masih berada dalam daftar pembatasan

Proses perizinan yang sering kali terlambat serta kuota volume yang terbatas juga menjadi isu.

DEN merekomendasikan agar penyederhanaan sistem import licensing menjadi prioritas dalam agenda deregulasi nasional.

"Upaya deregulasi menjadi prioritas pemerintah, termasuk penyederhanaan import listing," katanya.

Isu kedua berkaitan dengan neraca komoditas, khususnya pada sektor pangan seperti daging, jagung, dan produk perikanan. DEN menilai proses penghitungan neraca komoditas masih belum sepenuhnya transparan dan memerlukan pembenahan. 

Pemerintah diminta untuk terus meningkatkan transparansi melalui digitalisasi data dan prosedur, agar pelaku usaha mendapatkan kepastian dalam proses perencanaan dan distribusi.

Tantangan ketiga adalah implementasi kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk mendorong industrialisasi dalam negeri, pelaksanaannya dinilai masih menyulitkan perusahaan AS, terutama di sektor-sektor strategis seperti teknologi informasi, alat kesehatan, farmasi, serta sektor energi. 

Oleh karena itu, DEN menilai bahwa upaya deregulasi menjadi prioritas pemerintah, termasuk TKDN.

"Perlu ada roadmap untuk pemenuhan TKDN," katanya. 

Isu keempat yang menjadi perhatian adalah pengaturan mengenai devisa hasil ekspor sumber daya alam (SDA).

DEN menilai bahwa kebijakan DHE SDA akan berdampak pada cashflow perusahaan internasional.

Namun, dalam aturan terbaru, meski persentase retensi lebih besar, tetapi terdapat pengecualian-pengecualian yang akan menjaga cash flow dari perusahaan.

Baca Juga: DEN Sebut Kebijakan Tarif Trump Berpotensi Positif Ke Ekonomi RI, Ini Syaratnya

Selanjutnya: Bahlil Minta PLN Bangun Pembangkit Panas Bumi 40 MW di Maluku

Menarik Dibaca: Cara Membuat Foto ala Studio Ghibli dengan Bantuan ChatGPT, Simak Tutorialnya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×