Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Inflasi bulan Maret 2025 diperkirakan meningkat. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede meramal, Indeks Harga Konsumen (IHK) akan kembali mencatatkan inflasi di bulan Maret 2025 setelah Januari dan Februari 2025 terjadi deflasi.
“Inflasi akan kembali meningkat di bulan Maret 2025 baik secara tahunan dan bulanan, didorong berakhirnya diskon tarif listrik oleh pemerintah dan berkat adanya faktor musiman terkait Ramadan dan Idulfitri,” tutur Josua kepada Kontan, Minggu (6/4).
Josua memperkirakan, IHK Maret 2025 akan mencatat tingkat inflasi bulanan sebesar 1,89% month to month (mom), setelah mengalami deflasi 0,48% mtm pada Februari 2025. Sementara itu, secara kumulatif Januari-Maret 2025, inflasi diperkirakan mencapai 0,65% year to date (ytd).
Ia menerangkan, pendorong utama inflasi adalah berakhirnya diskon tarif listrik untuk pelanggan prabayar, yang diperkirakan berkontribusi sebesar 1,47 poin persentase (ppt) terhadap inflasi umum.
Baca Juga: Begini Cara Warren Buffett Melindungi Diri Saat Inflasi
Selain itu, harga bahan bakar non subsidi mengalami kenaikan di bulan Maret 2025, yang selanjutnya berkontribusi terhadap inflasi harga yang diatur pemerintah.
Sebaliknya, tarif transportasi udara yang biasanya meningkat selama Idulfitri, diperkirakan akan menurun karena adanya diskon dari pemerintah sekitar 13%-14%.
“Diskon terkait transportasi lainnya, termasuk diskon untuk jalan tol dan transportasi darat seperti bus, juga telah membantu menahan inflasi harga yang diatur pemerintah,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, Ia melihat inflasi tahunan di 2025 kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh efek low base mulai tahun 2024. Sehingga, Josua mengantisipasi tekanan inflasi dari berlanjutnya pemulihan permintaan konsumen, yang dapat mendorong inflasi sisi permintaan yang moderat.
Selain itu, depresiasi rupiah diperkirakan akan berkontribusi terhadap imported inflation, sehingga menambah tekanan harga secara keseluruhan. Menurutnya, inflasi dari sisi penawaran telah melampaui inflasi dari sisi permintaan, yang mengindikasikan adanya potensi risiko inflationary pass-through.
“Kami memperkirakan tingkat inflasi akan meningkat menjadi sekitar 2,33% pada akhir tahun 2025, naik dari 1,57% pada akhir tahun 2024,” kata Josua.
Baca Juga: Ekonom Prediksi Laju Inflasi Naik Kuartal II-2025 Terdorong Tarif Listrik Normal &BBM
Selanjutnya: Ini Tanggapan BEI Soal Kebijakan Tarif Impor AS
Menarik Dibaca: Cara Membuat Foto ala Studio Ghibli dengan Bantuan ChatGPT, Simak Tutorialnya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News