Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan pencapaian realisasi investasi langsung di kuartal III-2020 yang masih tumbuh positif, justru menandakan investasi baik-baik saja.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada Juli sampai September 2020 sebesar Rp 209 triliun. Angka ini tumbuh positif 1,6% year on year (yoy), bahkan mencapai 8,9% quarter to quarter (qtq).
Data BKPM itu juga menunjukan realisasi investasi di kuartal III-2020 baik dari penanaman modal dalam negari (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) sama-sama tumbuh di zona positif baik secara tahunan maupun kuartalan.
Adapun realisasi PMDN dan PMA secara masing-masing sebesar Rp 102,9 triliun dan Rp 106,1 triliun.
Baca Juga: Realisasi investasi asing turun 5,1% hingga kuartal III 2020
Lantas, Enny menyebut tidak ada korelasi antara urgency Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dengan peningkatan investasi yang digadang-gadang oleh kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI).
“Ya artinyakan investasi baik-baik saja. Lalu mengapa UU Omnibus Law Cipta Kerja seolah-olah lampu kuning, lampu merah diterobos, apa yang darurat dari investasi,” kata Enny kepada Kontan.co.id, Jumat (23/10).
Tren positif investasi langsung yang dicatatkan BKPM itu, bertolak belakang dengan outlook konsumsi yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi domestik. Dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memprediksi konsumsi rumah tangga minus 3% yoy hingga minus 1,5% yoy.
Kendati demikian, Enny menilai, meski investasi langsung yang dicatatkan oleh BKPM positif, tidak serta merta membuat outlook pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga membaik.
Baca Juga: Ada UU Cipta Kerja, proyeksi penyerapan tenaga kerja di 2021 malah tumbuh melambat
“Sebab kontribusi investasi yang dicatat di BKPM kan yang besar-besar saja, itu biasaya hanya berkontribusi di bawah 20% dari total PMTB. Dan percuma, kalau investasi yang masuk tapi Incremental Capital Output Ratio (ICORE) masih 6,4%, sama juga bohong,” ujar Bahlil.
Enny pun menilai secara umum PMTB dan konsumsi rumah tangga masih koreksi di tahun ini seiring dengan pelemahan ekonomi akibat pandemi. Dus, Enny memporyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 minus 2% yoy.
Lebih rendah daripada outlook pemerintah di kisaran minus 1,7% yoy sampai minus 0,6% yoy.
Selanjutnya: Penjualan L'Oreal pada kuartal III 2020 mulai pulih pasca lockdown dilonggarkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News