kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

Kata ekonom CITA soal realisasi penerimaan pajak yang minus 18,55%


Senin, 21 Desember 2020 / 18:49 WIB
Kata ekonom CITA soal realisasi penerimaan pajak yang minus 18,55%
ILUSTRASI. Petugas melayani warga yang melakukan pengurusan pajak di Kantor Pajak Sudirman, Jakarta, Selasa (25/08). Kata ekonom CITA soal realisasi penerimaan pajak yang minus 18,55%.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

Kendati demikian, Fajry memandang penurunan kinerja PPh non-migas wajar seiring dengan stimulus fiskal berupa insentif perpajakan dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) 2020. Dus, fungsi pajak sebagai butgetair, tahun ini agaknya bergeser sebagai regulerend.

“Sepertinya ini karena dampak kebijakan ya, sepertinya kebijakan utamanya percepatan restitusi benar-benar berdampak pada buruknya kinerja PPh non-migas,” kata Fajry kepada Kontan.co.id, Selasa (21/12).

Baca Juga: Jelang tutup tahun, penerimaan pajak masih tekor Rp 273,5 triliun

Di sisi lain, Fajry menilai pajak pertambahan nilai (PPN) nampaknya masih bisa memberikan kontribusi yang lebih baik dibandingkan PPh. Ini sejalan dengan memulihkan aktivtas ekonomi di kuartal IV-2020 dibanding periode sebelumnya. Meski, memang hingga November 2020 realisasi PPN minus 14,1% yoy.

Adapun Fajry memprediksi shortfall pajak 2020 mencapai Rp 191,8 triliun. “Saya kira kalau pertumbuhan penerimaan pajak bisa mencapai angka minus 16% dari target akhir tahun saja sudah baik,” ujar Fajry. 

Selanjutnya: Defisit APBN mencapai Rp 883,7 triliun hingga November 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×