kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kasus Covid-19 naik, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua diprediksi meleset


Senin, 14 Juni 2021 / 20:55 WIB
Kasus Covid-19 naik, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua diprediksi meleset
ILUSTRASI. Pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2021 sekitar 7,1% sampai dengan 8,3%.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memasang target pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2021 sekitar 7,1% sampai dengan 8,3%. Namun target itu diprediksi tidak tercapai imbas dari adanya lonjakan kasus covid-19.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, penerapan PPKM mikro saat ini belum maksimal menekan laju kenaikan positif covid-19. Pelaksanaan PPKM mikro belakangan ini dinilai kurang efektif karena faktor masyarakat yang kurang disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. "Problemnya di implementasi, di lapangan harusnya bisa lebih efektif," ujar Tauhid, Senin (14/6).

Hal tersebut dinilai akan berdampak pada target pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2021. Tauhid memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2021 yang ditargetkan pemerintah tidak akan tercapai.

"Kalau saya melihat (pertumbuhan ekonomi) positif kuartal kedua 2021. Kami perkirakan sekitar 5%. Apa yang disampaikan pemerintah sampai 8%, saya enggak yakin itu terjadi," ucap Tauhid.

Baca Juga: Kadin prediksi ekonomi kuartal III-2021 hanya sebesar 5%

Selain karena lonjakan positif covid-19, Tauhid menyebut, terdapat indikasi lain yang dapat membuat mempengaruhi capaian meleset dari target. Di antaranya, daya beli masyarakat masih tertahan dan hanya kelompok tertentu yang daya belinya masih relatif tinggi. Misalnya, kebijakan PPN BM kendaraan yang telah dilakukan, dinilai tidak berdampak pada meningkatnya penjualan.

"Kelas menengah kita punya problem, mereka menahan pembelian tidak untuk konsumsi, jadi hanya memanfaatkan momentum tapi tidak langsung bertahan lebih lama," tutur Tauhid.

Baca Juga: Daya beli masyarakat membaik, saham-saham ritel ini bisa dicermati

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×