Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla yakin tidak ada beras mengandung bahan plastik di pasaran. Menurut Kalla, beras plastik hanya istilah yang dimunculkan di tengah masyarakat.
"Jangan memberikan suatu istilah yang orang nanti salah tangkap. Saya kira, saya yakin bukan plastik yang kita kenal sebagai plastik itu," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (26/5).
Istilah serupa pernah dimunculkan ketika masa Order Baru. Saat itu muncul istilah beras Tekad, singkatan dari ketela, kacang, dan djagung. "Itu biasa saja, dulu juga ada namanya beras Tekad. Beras apa, mungkin semacam itulah bahannya, yang memang bening, bukan plastik. Kalau plastik dimasak itu pasti tidak bisa dong, hangus," kata Kalla.
Wapres meminta masyarakat untuk tidak khawatir tentang isu beredarnya beras plastik ini. Menurut Kalla, beras yang diistilahkan sebagai beras plastik sebenarnya hanyalah beras yang kurang bagus jika dimasak.
"Kalau plastik tidak bisa hancur kan kalau dimasak, bukan plastik buat bungkus, bukan seperti itu," ucap Kalla.
Berdasarkan uji laboratorium PT Sucofindo, beras yang dijual di Pasar Tanah Merah, Kompleks Mutiara Gading Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, terbukti positif mengandung senyawa kimia berbahaya yang biasa digunakan untuk pembuatan pipa dan kabel. Untuk itu, beras tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi.
Kepala Bagian Pengujian Laboratorium PT Sucofindo Adisam ZN mengungkapkan, dari hasil uji laboratorium, beras tersebut mengandung senyawa polyvinyl chloride atau PVC yang biasa digunakan sebagai material untuk pipa, kabel, dan lantai. PVC adalah produk polimer plastik sintetis yang paling banyak diproduksi di dunia urutan ketiga, setelah polyethylene dan polypropylene. Hasil bentukan PVC bisa berupa material keras atau kaku maupun material fleksibel.
Selain itu, beras tersebut juga mengandung tiga senyawa lain, yakni benzyl butyl phtalate (BBP), Bis (2-ethylhexyl phtalate/DEHP), dan diisononyl phtalate (DINP). BBP merupakan bahan bersifat plastik yang sering ditemukan pada lapisan keramik lantai, dikenal toksik atau beracun yang sudah dilarang di banyak negara.
Menurut Wikipedia, sama seperti BBP, DEHP dan DINP sering dipakai untuk membentuk atau melenturkan material seperti PVC agar memiliki efek seperti plastik. Istilah industrinya sebagai plasticizer, yaitu senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer untuk menambah fleksibilitas dan daya kerja. Terkait kontak dengan makanan, ketiganya dikenal memiliki efek toksik dan sudah dilarang di beberapa negara. (Icha Rastika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News