kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi dan Presiden Bank Dunia tinjau program stunting di Bogor


Rabu, 04 Juli 2018 / 12:59 WIB
Jokowi dan Presiden Bank Dunia tinjau program stunting di Bogor


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama dengan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengunjungi SDN 01 Tangkil, kab Bogor, Rabu (4/7).

Dalam kunjungan tersebut keduanya meninjau program stunting yang sedang digerakkan pemerintah Indonesia. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Adapun berdasarkan pantauan KONTAN, Presiden hadir pada pukul 10.40 WIB di lokasi. Di sana, sudah berkumpul ibu-ibu setempat dengan membawa anaknya untuk mengecek kesehatan si kecil. Adapun sesampainya di tempat itu, Presiden Jokowi yang menggunakan batik cokelat langsungg mengecek kesiapan alat-alat kesehatan yang digunakan.

Didampingi Menteri Kesehatan Nina Moeloek, Jokowi dan Presiden Jim juga juga sempat berinteraksi dengan ibu-ibu dan anak-anak setempat dengan membagikan buku. Bahkan terlihat, Jokowi beberapa lagi menggendong anak yang akan dicek kesehatannya.

Setelah itu, Presiden juga terlihat mencicipi makanan ringan yang dibagikan nantinya kepada anak-anak. Makanan itu berupa makanan kesehatan (snack bar) rasa pisangĀ  buatan Subang, Jawa Barat.

Sebelumnya, Presiden Jokowi bilang, pertemuan kali ini dirinya memang akan fokus pada isu stunting terhadap anak-anak. Menurutnya isu itu sangat lah penting.

"Saya hari ini ingin berdiskusi tentang masalah ini bagaimana kita menggunakan teknologi, sektor swasta dan warga sipil untuk menghadapi stunting," katanya di Istana Bogor, Rabu (4/7).

Sekadar tahu saja, pemerintah menganggap stunting merupakan tantangan terbesar yang masih dihadapi Indonesia. Yang mana, saat ini masih tingginya tingkat kekurangan gizi pada anak-anak yang berakibat pada tingginya angka stunting di Indonesia.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi menekankan pentingnya menurunkan angka stunting di Indonesia melalui berbagai rencana aksi dan program yang melibatkan sebanyak mungkin kementerian dan lembaga yang terkait.

Adapun satu dari tiga anak Indonesia diindikasi menderita stunting karena berbagai sebab, mulai dari gizi buruk, perubahan perilaku masyarakat, sampai dengan pengetahuan yang masih minim.

Untuk itu, Presiden Jokowi berkali-kali menyelenggarakan rapat terbatas, mendatangi berbagai Posyandu, mengampanyekan peningkatan gizi bagi ibu hamil, bayi, dan anak-anak sampai dengan umur 2 tahun atau yang sering disebut sebagai periode emas seribu hari pertama kelahiran.

Hal tersebut juga sejalan dengan program pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Adapun untuk mengatasi hal ini Indonesia telah mengajukan pinjaman kepada Bank Dunia.

Pinjaman Bank Dunia

Bank Dunia pun menyetujui dua pinjaman untuk Indonesia sejumlah US$ 650 juta untuk program perbaikan gizi anak dan sistem irigasi modern pada 22 Juni 2018 lalu.

Bank Dunia menyambut baik pinjaman yang jadi investasi pemerintah Indonesia untuk dua hal tersebut karena berperan penting bagi infrastruktur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Saat itu, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Rodrigo A Chaves mengatakan, pinjaman sebesar US$ 400 juta difokuskan bagi program Investing in Nutrition and Early Years di mana bertujuan mengurangi stunting.

Pinjaman ini juga akan mendukung Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting yang bermanfaat bagi 48 juta ibu hamil dan anak usia di bawah tahun untuk 4 tahun ke depan.

Program itu juga akan mendapat manfaat tambahan hibah US$ 20 juta dari Global Financing Facility, yaitu kemitraan yang membantu negara dengan masalah kesehatan.

Sementara pinjaman sebesar US$ 250 juta akan dipakai untuk proyek Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation dengan total penerima manfaat sekitar 887.000 keluarga petani.

Pembiayaan ini merupakan bagian Agenda Reformasi Nasional dengan fokus pada desentralisasi, demokratisasi, dan modernisasi dengan prinsip pengelolaan irigasi partisipatif.

"Proyek ini didanai bersama oleh Asian Infrastructure Investment Bank dengan pinjaman US$ 250 juta," tutur Chaves.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×