kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Konflik Iran-Israel Bisa Mengancam Defisit Fiskal Hingga Inflasi Barang Impor


Senin, 16 Juni 2025 / 15:57 WIB
Konflik Iran-Israel Bisa Mengancam Defisit Fiskal Hingga Inflasi Barang Impor
ILUSTRASI. Perang antara Iran dan Israel berpotensi memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui jalur kenaikan harga minyak global.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perang antara Iran dan Israel berpotensi memberikan tekanan terhadap perekonomian Indonesia, terutama melalui jalur kenaikan harga minyak global. 

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, dampak paling nyata yang bisa dirasakan Indonesia adalah peningkatan beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) serta risiko pelebaran defisit fiskal.

"Perang Iran-Israel langsung berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Saat ini harga minyak Brent sudah naik ke level sekitar US$ 74 per barel, meningkat sekitar 18,6% dibandingkan posisi akhir Mei," kata David kepada Kontan, Senin (16/6).

Baca Juga: Tiga Dampak Negatif untuk Indonesia Jika Harga Minyak Dunia Terus Naik

David menjelaskan, sebagai negara net importir minyak, Indonesia sangat rentan terhadap gejolak harga komoditas tersebut.

Menurut David, kenaikan harga minyak tidak hanya memperbesar beban subsidi BBM, tetapi juga dapat mendorong tekanan inflasi impor, termasuk pada harga pangan yang banyak bergantung pada impor.

"Ini berpotensi meningkatkan beban subsidi BBM, yang pada akhirnya menekan anggaran dan memperlebar risiko defisit fiskal. Kenaikan harga minyak juga mendorong tekanan inflasi impor, dan bahan pangan yang impor dapat terdampak," terang David.

Lebih jauh, David menekankan pentingnya langkah mitigasi dari pemerintah untuk mengurangi dampak konflik tersebut terhadap perekonomian domestik. Dari sisi moneter, stabilitas nilai tukar rupiah harus dijaga dengan ketat guna mengendalikan tekanan inflasi yang berasal dari impor, terutama yang terkait dengan lonjakan harga minyak.

"Pengendalian inflasi pangan juga harus menjadi prioritas agar daya beli masyarakat tetap terjaga," ujarnya.

Baca Juga: Ekonom BCA Proyeksi BI Tahan Suku Bunga Acuan 5,5% di Bulan Ini

Dari sisi fiskal, David menyarankan pemerintah untuk segera menyesuaikan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menghadapi potensi lonjakan kebutuhan belanja subsidi, khususnya subsidi energi.

"Pemerintah perlu menyesuaikan postur APBN untuk mengantisipasi potensi lonjakan belanja subsidi, khususnya subsidi energi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×