kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jakob Oetama dan kisah di balik lahirnya 'Kompas'


Rabu, 09 September 2020 / 14:27 WIB
Jakob Oetama dan kisah di balik lahirnya 'Kompas'
ILUSTRASI. Pendiri Kompas Gramedia dan seorang tokoh pers Indonesia, Jakob Oetama, wafat pada Rabu (9/9) siang.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Pemberian Bung Karno 

Setelah ide disepakati dan rancangan dijalankan, tahap berikutnya adalah proses mendapatkan izin. Salah satu persyaratan yang dilakukan dengan kerja keras adalah bukti adanya pelanggan, setidaknya berdasarkan 3.000 tanda tangan. 

Berkat bantuan Frans Seda, persyaratan itu dipenuhi. Izin pun didapat. Meski begitu, masih ada semacam fatsoen politik yang harus dijalani. Frans Seda merupakan anggota kabinet. Saat Presiden Soekarno mendengar bahwa Frans Seda akan membuat koran, Frans pun melaporkan rencana itu. 

Baca Juga: 85 tahun Jakob Oetama

Saat ditanya tentang nama koran yang akan dibuat, Frans Seda menjawab, "Bentara Rakyat, Bung!" 

Rupanya, Bung Karno tidak keberatan dengan lahirnya koran itu. Malah, Bung Karno menjadi sosok yang melahirkan nama koran yang kini menjadi koran terbesar di Indonesia. "Aku akan memberi nama yang lebih bagus. 'Kompas'. Tahu toh apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.." ujar Soekarno. 

Di saat terakhir, ketika dummy dengan logo Bentara Rakyat siap dicetak, usulan itu disampaikan. Kemudian, ide nama dari Bung Karno itu diterima. Wartawan Kompas kala itu, Edward Linggar, langsung menyiapkan logo dalam semalam. 

Baca Juga: UMN bangun gedung hemat energi

Logo itu disetujui Jakob dan Ojong, dan dipakai hingga sekarang, meskipun ada sejumlah perubahan kecil terkait tebal/tipisnya huruf. Dengan kerja keras dan ketekunan, Jakob dan Ojong pun membesarkan Kompas hingga dikenal seperti sekarang. 

Selain besar dari sisi bisnis, keduanya tetap menanamkan pentingnya nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik tinggi dalam setiap laporan yang ditulis Kompas. Jakob selalu menekankan, pengembangan bisnis harus sejalan dengan kepercayaan pembaca. Oleh karena itu, menjadi media yang dipercaya merupakan salah satu nilai yang dikedepankan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jakob Oetama, PK Ojong, dan Sejarah di Balik Lahirnya "Kompas""
Penulis : Bayu Galih

Selanjutnya: Jakob Oetama raih gelar Doktor Honoris Causa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×