kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jakob Oetama dan kisah di balik lahirnya 'Kompas'


Rabu, 09 September 2020 / 14:27 WIB
Jakob Oetama dan kisah di balik lahirnya 'Kompas'
ILUSTRASI. Pendiri Kompas Gramedia dan seorang tokoh pers Indonesia, Jakob Oetama, wafat pada Rabu (9/9) siang.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Miniatur Indonesia 

Duet Jakob Oetama dan PK Ojong yang saat itu sudah mendirikan Intisari kemudian dilibatkan dalam ide yang digulirkan Ahmad Yani. 

Awalnya, Jakob dan Ojong menolak permintaan itu. Jakob menulis alasannya dalam Tajuk Rencana di Kompas, yang juga sebagai obituari dalam mengenang PK Ojong. "Kami berdua sebenarnya enggan menerima permintaan menerbitkan surat kabar Kompas. Lingkungan politik, ekonomi, dan infratruktur pada masa itu tidak menunjangnya," tulis Jakob pada koran yang terbit 2 Juni 1980 itu. 

Baca Juga: Wapres Jusuf Kalla meresmikan Menara Kompas

Namun, keduanya kemudian sepakat. Dengan catatan, koran baru itu bukan corong partai, berdiri di atas semua golongan, bersifat umum, dan berdasarkan kemajemukan Indonesia. "Dia harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," ucap Jakob saat itu. 

Ketika kesepakatan itu dicapai, maka dibentuklah Yayasan Bentara Rakyat. Nama itu terinspirasi dari majalah Bentara yang populer di Flores. Sedangkan menurut Jakob, nama "Bentara" terinspirasi dari seorang penulis bernama Kanis Pari, yang sering menulis di majalah itu. 

Baca Juga: Anugerah untuk Jakob Oetama

"Saya kagum pada konsistensi sikapnya tentang Indonesia," ujarnya. 




TERBARU

[X]
×