Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Di bawah Perkumpulan Sahabat Peduli Bangsa , Gerakan Pakai Masker resmi diluncurkan, Sabtu (27/6).
Bekerjasama dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo), Gerakan Pakai Masker diluncurkan dengan sosialisai penggunaan masker secara benar serta pembagian masker di Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang, Banten, Sabtu (27/6)
Ketua Gerakan Masker Sigit Pramono, dalam pembukaan Gerakan Pakai Masker mengatakan, pasar tradisional menjadi pilihan peluncuran gerakan pakai masker lantaran pasar-pasar tradisional memiliki potensi tinggi dalam penyebaran virus corona atau Covid-19.
Pasar adalah tempat interaksi ekonomi terkecil antara penjual dan pembeli. Sebagai tempat banyak orang mencari penghasilan, pasar harus tetap buka di tengah pandemi corona atau lantaran menjadi urat nadi ekonomi bagi banyak orang.
Baca Juga: Gerakan Pakai Masker menyasar ratusan pasar tradisional di Indonesia
Terpaparnya pasar tradisional bisa membahayakan ekonomi kita yang kini lesu darah. Apalagi, “Pandemi corona masih akan lama, sampai ditemukannya vaksin,” ujar Sigit.
Sembari menunggu vaksin ditemkan, Gerakan Pakai Masker mengajak masyarakat untuk menggunakan masker. Penggunaan masker secara benar telah terbukti menjadi upaya minimal yang murah yang bisa dilakukan oleh masyarakat.
“Pakai masker, jaga kebersihan dengan rajin cuci tangan harus menjadi gaya hidup masyarakat kita ke depan, menjadi new normal untuk menekan penyebaran virus, dan ini terbukti di banyak negara sejak 102 tahun yang lalu, termasuk di Indonesia yang dulu bernama Hindia Belanda,” ujar Sigit.
Rencananya, setelah Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang, gerakan pakai masker juga akan terus berjalan ke pasar-pasar lainnya. Rencananya, tanggal 4 Juli, kami akan kampanye pakai masker ke pasar-pasar tradisional Banten, Jabar dan selanjutnya ke Jawa Tengah, Jatim dan juga wilayah lain di luar Pulau Jawa,” ujar Sigit.
Gerakan pakai masker sebelumnya juga telah mengadakan penyuluhan bagi penyuluh dari 277 pasar tradisional penggunaaan masker secara benar. Harapanya, para penyuluh ini terus menularkan gerakan pakai masker di pasar-pasar tradional, baik bagi pedagang dan pembeli.
Menaungi 9.200 pasar trandisional yang ada diseluruh Indonesia, Asparindo terus berupaya untuk mengajak pedagang dan pembeli agar menggunakan masker dan menjaga hidup bersih.
“Di Pasar Tanah Tinggi semisal, siapapun yang datang wajib periksa suhu badan, pakai masker, serta menjaga kebersihan,” ujar Joko Setiyanto, Ketua Asparindo, saat pelucuran. Pasar tradisional rawan menjadi penyebaran virus corona.
Sebagai gambaran, Pasar Induk Tanah Tinggi menjadi wilayah keluar masuknya orang sebanyak 12.000 saban harinya. Pasar-pasar tradisional di bawah Asparindo, kata Joko berupaya menjaga maksimal pencegahan Covid 19 dengan menjaga protokol kesehatan untuk menekan pencegahan pandemi corona.
“Pasar harus tetap buka agar ekonomi tetap bisa bergerak, protokol kesehatan untuk pencegahan penularan krisis harus dilakukan,” ujar Joko. Maka, di bawah Asparindo, pasar-pasar juga menyediakan tempat cuci tangan untuk pedagang dan pembeli, bahkan pedagang juga menyediakan hand sanitizer untuk pencegahan.
Pasar menjadi aktivitas ekonomi yang berjalan selama 24 jam, mulai dari pedagang, supir, buruh angkut, petugas keamanan, hingga pembeli. Pasar rawan menjadi tempat penularan virus lantaran memiliki rantai panjang, dari produsen sampai konsumen.
Baca Juga: Gerakan Pakai Masker ajak pakai masker pedagang pasar secara benar, ini caranya
Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang memiliki volume transaksi lebih dari 3.000 ton hasil pertanian mulai sayur dan buah-buahan per hari Pasar ini melayani kebutuhan pasar-pasar di wilayah Jabodetabek, bahkan sampai Lampung. “Ada lebih dari 10.000 orang tiap hari bertransaksi di Pasar Induk Tanah Tinggi,” imbuh Hartono Wignjopranoto, pengelola Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang.
Dengan kapasitas 3.000 ton per hari, Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang memiliki pengaruh atas 60.000 hektare wilayah pertanian. “Ini artinya ada lapangan kerja bagi 300.000 keluarga di wilayan pertanian saja,” ujar dia.
Efek pasar induk sangat besar, melibatkan banyak orang. Ini rentan dengan penyebaran virus corona atau Covid-19, bahkan bukan mustahil menjadi klaster baru dalam penyebaran virus corona (covid-19)
Meski ada pandemi, pasar harus jalan. “Ada efek lanjutan besar jika terdampak,” ujar dia. Maka protokol covid-19 harus dijalankan sangat ketat. Meski tak mudah, Asparindo terus melakukan sosialisasi efek tanpa masker dan hidup bersih dan sehat. “Jika protokol tak ketat, efek lain akan muncul dan besar,” ujar dia.
Tak hanya itu saja, sejak beberapa tahun yang lalu, Asparindo juga terus melakukan inovasi. Misal, untuk kebutuhan horeka, Asparindo mengembangkan layanan Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) yang memudahkan pebisnis horeka berbelanja kebutuhannya secara daring.
Asparindo juga mengembangkan platform cari sayur untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah ibu rumahtangga. “Ini membantu pedagang agar lebih efisien dalam penjualan,” ujar dia.
Asparindo, sejak akhir tahun lalu juga sudah mengembangkan Aparindo grosir yang melayani kebutuhan pasar-pasar yang ada di sekitar wilayah Asparindo.
Layanan daring diharapkan bisa membuat pedagang lebih sehat lantaran tak 24 jam berkeliaran di pasar. “Ini bisa membuat pedagang memiliki waktu istirahat, keluarga dan juga menjaga kesehatan di tengah pandemi corona, termasuk menekan penularan covid-19 dan bisa memutuskan pandemi ini, ” ujar Hartono.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia Handayani berharap, gerakan pakai masker bagi pedagang dan pembeli di pasar-pasar tradisional akan menjaga ekonomi pelaku bisnis UMKM,” ujar Handayani.
BRI mendukung upaya transaksi digital di pasar-pasar tradional. “Transaksi cashless, digital akan terus BRI dorong untuk menekan penularan dan memutus ratai penularan virus Covid-19,” ujar Handayani.
Baca Juga: Potensi munculnya Covid-19 gelombang kedua kian besar, GPM dorong penggunaan masker
Gerakan pakai masker juga terus BRI lakukan lantaran ini adalah gerakan paling minimal untuk mencegah penyebaran covid-19. “Lebih dari 1 juta masker, alat cuci tangan sudah kita bagikan di pasar-pasar trandisional,” ujar Handayani.
Gerakan pakai masker diharapkan bisa mengubah perilaku masyarakat dalam menghadapi new normal secara lebih disiplin. Apalagi, memakai masker adalah tindakan paling minimal yang bisa dilakukan agar ekonomi bisa bergerak lantaran masyarakat kembali bisa melakukan aktivitas.
“Pakai masker jauh lebih mudah, murah dan lebih baik, ketimbang harus kembali dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),atau bahkan lockdown jika kita tak berhasil menekan angka sebaran pandemi corona,” imbuh Sigit.
Apalagi, dari 100 negara yang paling aman dari corona, Indonesia masih di jajaran negara dengan rangking 97. Artinya, penanganan atss pandemi corona di Indonesia masih jauh dari harapan. Efek gulirnya pun tak baik, yakni bisa mempengaruhi investasi masuk ke Indonesia.
Dus, yuk pakai masker, lindungi aku, kamu, dan ekonomi negeri kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News