Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
Meski ada pandemi, pasar harus jalan. “Ada efek lanjutan besar jika terdampak,” ujar dia. Maka protokol covid-19 harus dijalankan sangat ketat. Meski tak mudah, Asparindo terus melakukan sosialisasi efek tanpa masker dan hidup bersih dan sehat. “Jika protokol tak ketat, efek lain akan muncul dan besar,” ujar dia.
Tak hanya itu saja, sejak beberapa tahun yang lalu, Asparindo juga terus melakukan inovasi. Misal, untuk kebutuhan horeka, Asparindo mengembangkan layanan Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) yang memudahkan pebisnis horeka berbelanja kebutuhannya secara daring.
Asparindo juga mengembangkan platform cari sayur untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah ibu rumahtangga. “Ini membantu pedagang agar lebih efisien dalam penjualan,” ujar dia.
Asparindo, sejak akhir tahun lalu juga sudah mengembangkan Aparindo grosir yang melayani kebutuhan pasar-pasar yang ada di sekitar wilayah Asparindo.
Layanan daring diharapkan bisa membuat pedagang lebih sehat lantaran tak 24 jam berkeliaran di pasar. “Ini bisa membuat pedagang memiliki waktu istirahat, keluarga dan juga menjaga kesehatan di tengah pandemi corona, termasuk menekan penularan covid-19 dan bisa memutuskan pandemi ini, ” ujar Hartono.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia Handayani berharap, gerakan pakai masker bagi pedagang dan pembeli di pasar-pasar tradisional akan menjaga ekonomi pelaku bisnis UMKM,” ujar Handayani.
BRI mendukung upaya transaksi digital di pasar-pasar tradional. “Transaksi cashless, digital akan terus BRI dorong untuk menekan penularan dan memutus ratai penularan virus Covid-19,” ujar Handayani.
Baca Juga: Potensi munculnya Covid-19 gelombang kedua kian besar, GPM dorong penggunaan masker
Gerakan pakai masker juga terus BRI lakukan lantaran ini adalah gerakan paling minimal untuk mencegah penyebaran covid-19. “Lebih dari 1 juta masker, alat cuci tangan sudah kita bagikan di pasar-pasar trandisional,” ujar Handayani.
Gerakan pakai masker diharapkan bisa mengubah perilaku masyarakat dalam menghadapi new normal secara lebih disiplin. Apalagi, memakai masker adalah tindakan paling minimal yang bisa dilakukan agar ekonomi bisa bergerak lantaran masyarakat kembali bisa melakukan aktivitas.
“Pakai masker jauh lebih mudah, murah dan lebih baik, ketimbang harus kembali dilakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),atau bahkan lockdown jika kita tak berhasil menekan angka sebaran pandemi corona,” imbuh Sigit.
Apalagi, dari 100 negara yang paling aman dari corona, Indonesia masih di jajaran negara dengan rangking 97. Artinya, penanganan atss pandemi corona di Indonesia masih jauh dari harapan. Efek gulirnya pun tak baik, yakni bisa mempengaruhi investasi masuk ke Indonesia.
Dus, yuk pakai masker, lindungi aku, kamu, dan ekonomi negeri kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News