Sumber: Badan Pusat Statistik,TribunNews.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Bursa lowongan kerja melalui acara Jakarta JobFest di Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur berakhir pada Rabu 20 Agustus 2025. Di tengah gemerlapnya Jakarta JobFest 2025 yang menawarkan "surga" 2.000 lowongan pekerjaan, ada satu isu yang jauh lebih panas: tunjangan rumah DPR yang mencapai Rp 50 juta per bulan.
Kabar ini bagai garam di atas luka bagi para pencari kerja yang harus berdesak-desakan mendapatkan pekerjaan melalui job fair tersebut. Ironis, saat rakyat kecil kesulitan mendapatkan pekerjaan demi sesuap nasi, wakil rakyat yang gajinya berasal dari pajak rakyat malah mendapat tunjangan wah.
Berdesak-desakan di job fair adalah hal biasa di Indonesia. Pasalnya, angka pengangguran di Indonesia memang tinggi.
Data BPS Per Februari 2025 mencatat jumlah pengangguran Indonesia tercatat 7.278.307 jiwa atau meningkat dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 7.194.862.
Baca Juga: Hari Terakhir Job Fair Jateng di Semarang, Cek Tips Sukses Wawancara Kerja
Tunjangan Rumah Mewah Saat Rakyat Tinggal di "Rumah" Kontrakan
Dona, ibu tunggal 44 tahun, adalah salah satu pejuang yang hadir di JobFest. Ia sudah menganggur sejak tahun 2007. Bayangkan, 18 tahun! Selama itu, ia harus menopang hidupnya dan dua anaknya dari bantuan orang tua. Tentu saja, telinganya langsung panas saat mendengar para wakil rakyat yang katanya "terhormat" itu dapat tunjangan rumah puluhan juta.
"Ya enggak etis lah. Warga kita kan masih banyak yang pengangguran," keluh Dona. "Mereka mah duit dihambur-hamburkan. Makanya kita sulit banget jadinya. Sudah enggak etis banget!"
Mungkin bagi para anggota DPR, uang Rp 50 juta itu cuma receh buat beli sofa baru. Tapi bagi Dona, uang sebanyak itu bisa jadi modal buat memulai hidup baru, atau setidaknya, cukup untuk bayar kontrakan dan beli beras selama setahun. Sungguh ironis.
Tonton: BCA Buka Suara Terkait Isu Pengambilalihan 51% Saham Oleh Pemerintah
"Muda, Pengalaman, dan Murah" - Kriteria yang Bikin Pusing
Lulu (29), pencari kerja lain yang sudah hampir empat tahun menganggur, juga ikut angkat bicara. Ia mengeluhkan kriteria pekerjaan yang super ketat: harus muda, minimal S1 atau D3, dan punya pengalaman. Padahal, usianya sudah "kepala tiga", sebuah usia yang dianggap "kadaluarsa" oleh perusahaan.
Sambil membandingkan nasibnya dengan para anggota DPR, Lulu mengatakan, "Kalau menurut saya itu lumayan miris. Kita rakyat susah cari kerja. Jangankan tunjangan besar, kita tunjangan kecil saja pajaknya banyak."
Dia mengakui kalau beban kerja DPR memang berat. Tapi, dia menambahkan, "Kita di perusahaan kecil juga ada target dan under pressure. Bedanya gaji kita tanpa tunjangan macam-macam."
Mungkin para wakil rakyat itu butuh tunjangan rumah Rp 50 juta untuk menenangkan diri setelah lelah memikirkan nasib rakyat. Sayangnya, peningkatan kesejahteraan rakyat kecil tak sejalan dengan penambahan kemewahan tunjangan anggota DPR.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul "Nganggur Sejak 2007, Single Mom Ini Kritik Gaji Puluhan Juta DPR: Kita Susah, Mereka Hamburkan Uang" Baca di link : https://jakarta.tribunnews.com/2025/08/20/nganggur-sejak-2007-single-mom-ini-kritik-gaji-puluhan-juta-dpr-kita-susah-mereka-hamburkan-uang?page=all
Selanjutnya: Sasar Pembeli Rumah Pertama, Gethome Tawarkan Rumah Inden dengan KPR Fleksibel
Menarik Dibaca: Daftar 6 Film Kartun Animasi Horor Untuk Anak-Anak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News