kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Biaya Investasi Mahal, Ekonomi Indonesia Boros


Kamis, 03 November 2022 / 16:53 WIB
Biaya Investasi Mahal, Ekonomi Indonesia Boros
ILUSTRASI. Ilustrasi investasi aman. Investasi di Indonesia Masih Dihantui ICOR yang Tinggi.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perekonomian Indonesia sampai saat ini masih terbilang boros dan tidak efisien, lantaran tingginya biaya berinvestasi di dalam negeri. Ini terlihat dari angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang cukup tinggi bahkan di atas target pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ICOR Indonesia hanya mengalami sedikit penurunan dalam lima tahun terakhir, namun sempat naik drastis pada 2021. Tahun 2016 ICOR tercatat sebesar 6,73%, dan meningkat pada 2017 sebesar 6,95%.

Kemudian, pada 2018 turun tipis menjadi 6,72%, 2019 meningkat jadi 6,88%, 2020 turun hingga -15,09%, kemudian pada 2021 kembali meningkat di kisaran 8%, dan pada 2022 sebesar 6,2%.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, tingginya ICOR menunjukkan perekonomian RI makin kurang efisien.

Baca Juga: Selama Pemerintahan Jokowi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mentok di Level 5%

Menurutnya pembangunan infrastruktur dilakukan masih kurang berkorelasi dengan penurunan biaya logistik, sehingga pelaku usaha mengeluarkan uang extra untuk angkutan barang di Indonesia.

“Untuk itu perlu dilakukan evaluasi juga mengapa keberadaan jalan tol misalnya belum bisa menurunkan biaya logistik,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (3/11).

Ia mencatat  biaya logistik yang digunakan masih di kisaran 22% hingga 23% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sementara targetnya adalah turun ke 17%.

Bhima mengatakan, rumitnya perizinan, serta masih terdapat pungli yang membuat ICOR masih tinggi. Untuk itu, Ia berharap agar reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi dan pungli bisa di atasi dengan serius oleh pemerintah agar ICOR menurun.

Untuk diketahui, ICOR digunakan sebagai alat untuk menghitung investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu output nasional. Dengan kata lain, ICOR menghitung efisiensi produksi nasional. Semakin kecil angka ICOR maka semakin efisien produksinya.

Baca Juga: Seluruh perizinan berusaha akan dibuat via online untuk cegah korupsi di daerah

Dihubungi secara terpisah, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot Tanjung mengakui posisi ICOR tahun ini memang masih cukup tinggi yakni di level 6,2%.

Level ICOR tersebut lanjutnya, perlu diperbaiki untuk menggambarkan efisiensi investasi di Indonesia saat ini hingga ke depannya. “ICOR Indonesia masih 6,2%, menunjukkan masih perlu diperbaiki untuk menggambarkan efisiensi investasi di Indonesia,” kata Yuliot.

Adapun jika ditilik ke belakang, realisasi investasi memang terus bertumbuh setiap tahunnya, namun masih tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi secara umum. Pertumbuhan ekonomi RI dalam lima tahun terakhir masih berada pada kisaran 5% setiap tahunnya.

Untuk itu, Yuliot membeberkan beberapa upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan ICOR ke depannya.

Baca Juga: Ekonom Indef sebut perizinan satu pintu tidak serta merta perbaiki ICOR Indonesia

Misalnya dengan melakukan efisiensi untuk pembiayaan logistik, dan penyediaan infrastruktur investasi terintegrasi termasuk jalan dan Pelabuhan.

Kemudian, membentuk rantai pasok dalam satu ekosistem investasi dan menciptakan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki skills dan kompetensi. “Perbaikan ini memerlukan waktu dan mudah-mudahan ke depan bisa diturunkan,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×