kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selama Pemerintahan Jokowi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mentok di Level 5%


Rabu, 02 November 2022 / 14:36 WIB
Selama Pemerintahan Jokowi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mentok di Level 5%
Presiden Joko Widodo menggelar rapat bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju mengenai tindak lanjut dugaan kebocoran data pemerintah, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (12/09/2022). Selama Jokowi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mentok di 5%.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tampaknya akan sulit mencapai 6% dalam waktu dekat. Selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pertumbuhan Ekonomi Indonesia ‘terjebak’ di kisaran 5%.

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,2%, dan 5,3% pada tahun depan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sulit menembus 6% dalam waktu dekat.

Menurutnya terdapat beberapa indikator yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi RI masih ‘terjebak’ di kisaran 5%.

Diantaranya, angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR) nasional yang masih di atas angka pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan industri manufaktur di bawah pertumbuhan ekonomi, dan nilai kurs rupiah terhadap dolar AS juga semakin terdepresiasi. 

Baca Juga: Mendag Sebut Indonesia Perlu Saling Kerja Sama dalam Hadapi Tantangan Global

Termasuk juga angka inflasi dan penyerapan tenaga kerja yang selalu menekan besaran target capaian pertumbuhan ekonomi.

“ICOR kita masih di atas pertumbuhan ekonomi 5%, yakni kisaran 6,3%. Artinya investasi masih belum efisien dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB),” ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (1/11).

Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2022 akan lebih rendah dari rentang target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2022 yang sebesar 5,2%. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan asumsi indikator makro lainnya, seperti laju inflasi yang lebih tinggi dari 3 plus minus 1%.

Faktor lain, masih tergerusnya nilai tukar rupiah yang akan di atas Rp 15.000 per dolar AS, dan harga minyak mentah di atas US$ 63 per barel. Termasuk  juga konsumsi masyarakat yang semakin tertekan oleh kenaikan harga akibat dorongan inflasi yang kian tidak mudah dikendalikan.

Ia menjelaskan, sulitnya pengendalian stabilitas ekonomi tersebut karena saat ini adalah masa di mana ekonomi sedang proses penyembuhan setelah melewati badai pandemi Covid-19. 

Baca Juga: Kualitas Produk Makin Diperhitungkan! PMA Jepang Gunakan Modul E-Proc Run System

Menurutnya, kondisi tersebut membutuhkan iklim dan stabilitas ekonomi yang kuat agar kembali jatuh seperti saat pandemi. Meskipun kondisi ekonomi sedang meningkat perbaikannya dengan pertumbuhan ekonomi per kuartal tahun ini kian membaik di kisaran 5,1%-5,44%.

“Sehingga perekonomian sedang menuju normal kembali ke titik keseimbangan baru mendekati sebelum pandemi. Bahkan melebihi angka pra pandemi Covid-19,” jelasnya.

Sebagai gambaran, dalam masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang belum pernah mencapai 6%. Pada 2017 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07%, 2018 sebesar 5,17%, 2019 sebesar 5,02%, pada 2020 mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19 sebesar 12,07%, dan pada 2021 kembali tumbuh 3,70%.




TERBARU

[X]
×