kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini tiga rekomendasi Core Indonesia untuk pembiayaan defisit anggaran


Kamis, 09 April 2020 / 12:44 WIB
Ini tiga rekomendasi Core Indonesia untuk pembiayaan defisit anggaran
ILUSTRASI. Obligasi


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Herlina Kartika Dewi

Jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang mencapai Rp 1.462 triliun. Kondisi ini juga akan mendorong pelebaran defisit anggaran yang diproyeksikan akan mencapai Rp 852 triliun atau setara dengan 5,07% terhadap PDB.

Untuk itu, Core Indonesia secara khusus merekomendasikan tiga hal untuk pembiayaan defisit fiskal pemerintah.

Pertama, pemerintah hendaknya mendahulukan penerbitan surat utang atau SUN domestik berdenominasi rupiah dengan mengutamakan skema pembelian oleh Bank Indonesia (BI).

"Sentimen pasar keuangan global saat ini masih sangat negatif akibat ketidakpastian yang dipicu oleh pandemi Covid-19. Artinya, minat pembeli sangat rendah. Penerbitan SUN global di tengah kondisi ini akan memaksa pemerintah meningkatkan insentif berupa bunga kupon yang lebih tinggi dan atau tenor yang sangat panjang," ujar Ekonom Core Yusuf Rendy Manilet.

Menurut Yusuf, hal ini terbukti dengan diterbitkannya SUN global bertenor 50 tahun baru-baru ini. Padahal, penerbitan SUN domestik dengan pola pembelian oleh BI memungkinkan pemerintah untuk menetapkan suku bunga atau kupon SUN yang lebih rendah dengan tenor yang wajar.

Kedua, meskipun rupiah dalam tekanan pelemahan akibat ketidakpastian pasar keuangan global, Yusuf menilai pemerintah tidak perlu terburu-buru untuk menambah suplai dolar dengan menerbitkan SUN global.

Baca Juga: Postur APBN 2020 berubah, belanja pemerintah pusat turun Rp 87,5 triliun

Pasalnya, posisi cadangan devisa (cadev) saat ini relatif masih cukup besar untuk membiayai intervensi BI dalam rangka stabilisasi nilai tukar.

"Selain cadev, BI juga memiliki second line of defense berupa fasilitas pinjaman IMF, perjanjian kerja sama swap arrangements dengan beberapa bank sentral, serta yang terakhir fasilitas Repo Line dari The Fed," ungkap Yusuf.

Ketiga, meskipun penerbitan SUN global dibutuhkan karena Indonesia disinyalir mengalami kekurangan dolar akibat menurunnya ekspor, tetapi penerbitan SUN Global seharusnya dapat dilakukan ketika wabah Covid-19 sudah mereda dan sentimen pasar mulai pulih.

"Di tengah kebijakan moneter global yang cenderung menurunkan suku bunga, maka penerbitan SUN global berpotensi mendapatkan permintaan yang tinggi pada bunga kupon yang lebih baik, serta dengan tenor yang wajar," kata Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×