kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini plus minus jika TPP gagal terwujud


Selasa, 22 November 2016 / 22:55 WIB
Ini plus minus jika TPP gagal terwujud


Reporter: Handoyo | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghembuskan sinyal akan mengundurkan diri dari Kemitraan Trans Pasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP). Keputusan tersebut diproyeksi akan semakin meningkatkan pamor perjanjian perdagangan bertajuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan mengatakan, negara-negara anggota RCEP kecenderungannya mendorong agar perundingan dipercepat dan tidak ada penundaan lagi. "Bahkan, Chili menyatakan untuk dapat dipertimbangkan masuk ke RCEP," kata Enggartiasto, Selasa (22/11).

Dalam perundingan RCEP ini, ada beberapa hal yang dapat menjadi keuntungan bagi Indonesia. Misalnya, akses pasar produk pertanian ke India, Jepang dan China. Hambatan tarif dan non tarif akan sedikit tereliminir jika RCEP dapat dijalankan.

Kepala Departemen Ekonomi Center For Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, bila TPP batal diimplementasikan maka persaingan dengan beberapa negara tetangga seperti Vietnam dalam peningkatan akses pasar ke negara-negara anggota TPP menjadi lebih ringan.

Sedangkan, poin negatif bila TPP tidak jadi digulirkan membuat potensi pasar baru tujuan ekspor menjadi berkurang. Padahal, negara-negara anggota TPP merupakan negara dengan tingkat konsumsi tinggi.

RCEP yang terdiri dari 10 anggota ASEAN plus Australia, Selandia Baru, Tiongkok, India, Korea, dan Jepang memiliki pangsa pasar yang besar. Namun, dari sisi konsumsinya masih rendah. Walhasil, kinerja ekspor ke negara anggota RCEP tidak akan setinggi bila ikut TPP

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, TPP susah berjalan karena motor dari perjanjian tersebut sudah berubah haluan. "Semua kemungkinan free trade dengan negara lain bisa kita eksplore," kata Rosan.

Menurut Rosan, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) diharapkan akan selesai pada tahun 2017. Sedangkan untuk Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership (IEU-CEPA) dalam waktu kurang dari dua tahun terselesaikan.

Poin-poin utama dalam perjanjian perdagangan tersebut sudah disetujui. "Dengan TPP melemah, free trade kita dengan negara-negara lain bisa kita dorong kita kembangkan untuk membuka pasar kita," kata Rosan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×