Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari
Semakin lama durasi ketegangan AS-Iran dan semakin tinggi harga minyak terkerek naik, maka dampak ke pelebaran defisit neraca dagang pun akan semakin besar. Bukan tak mungkin, defisit neraca dagang tahun ini bisa kembali memburuk mendekati posisi defisit pada 2018.
Faisal memprediksi, defisit neraca dagang bisa mencapai kisaran US$ 7 miliar tahun ini jika kenaikan harga minyak benar-benar mencapai kisaran US$ 80-US$ 100 per barel. Di satu sisi, harapannya ada perbaikan marginal di sisi neraca nonmigas akibat ekspor yang diproyeksikan membaik. Namun, di sisi lain, neraca migas kembali terancam memburuk defisitnya.
Baca Juga: OPEC kembali memangkas produksi, ICP Desember naik jadi US$ 67,18 per barel
“Tak hanya berdampak ke neraca perdagangan, ketegangan geopolitik AS-Iran dan harga minyak yang tinggi secara berkepanjangan akan sangat buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Misalnya, dampak ke inflasi akibat kenaikan biaya produksi dan harga penjualan barang-barang,” pungkas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News