Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
Adapun, Kemkeu mencatat, belanja subsidi per April 2018 sebesar 41,5% dari yang sudah dianggarkan atau naik sebesar 143,7% menjadi Rp 39 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 16 triliun. Angka realisasi untuk BBM sendiri sebesar Rp 26 triliun.
Menurut Komaidi, realisasi subsidi ini masih akan bengkak, tetapi lebih disebabkan oleh minimnya kuota yang diberikan oleh pemerintah pada tahun ini.
“Kalau bengkak sudah pasti karena memang kuota yang diberikan (subsidi BBM dan LPG 3 kilogram sebesar Rp 46,86 triliun) jauh di bawah kebutuhan. Kemarin-kemarin relatif tidak menjadi sorotan karena harga minyak rendah,” katanya.
Direktur Penyusunan APBN Ditjen Anggaran Kemkeu Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan, pihaknya kini masih memantau pergerakan dari beberapa aspek asumsi makro, seperti nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah Indonesia yang sudah bergerak jauh dari asumsinya dalam UU APBN 2018.
Harga minyak mentah Brent misalnya, telah melampaui level US$ 80 per barel, jauh dibanding asumsi ICP dalam APBN 2018 sebesar US$ 48 per barel.
Adapun nilai tukar rupiah saat ini bergerak di level Rp 14.100-14.200 per dollar AS dibandingkan asumsinya dalam APBN yang sebesar 13.500 per dollar AS. “Kami monitor terus, dan sampai saat ini belum perlu APBN-P,” kata Kunta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News