Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih terus mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Posisinya saat ini yang masih ada di level Rp 14.000 per dollar AS, jauh dari asumsi dalam APBN 2018 yang dipatok sebesar Rp 13.400 per dollar AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pelamahan kurs sekaligus kenaikan harga minyak mentah memberikan dampak positif terhadap APBN, terutama dari sisi pendapatan negara yang berasal dari migas. Namun, pelemahan kurs rupiah tak hanya berdampak pada APBN, tetapi juga kondisi ekonomi lainnya.
Pertama, imported inflation atau inflasi yang berasal dari barang impor. Menurut Sri Mulyani, di kuartal pertama tahun ini nilai impor cukup tinggi. Bahkan pertumbuhannya mencapai 12%.
"Itu bagaimana kepada inflasi harus kami jaga bersama-sama dengan BI," di Djakarta Theatre, Selasa (8/5) malam.
Kedua, depresiasi nilai tukar juga mempengaruhi subsidi, terutama subsidi BBM dan listrik. Menurut dia, pihaknya akan bekerja sama dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melihat neraca keuangan PLN dan Pertamina.
"Terutama Pertamina sehingga BUMN bisa menjalankan tugas negara menyediakan BBM di seluruh Indonesia dengan harga yang terjangkau masyarakat, tapi di sisi lain APBN tetap sehat," tambah dia.
Mengenai kemungkinan perubahan APBN di tahun ini, Sri Mulyani enggan menjawab tegas. Menurut dia, pihaknya tengah fokus untuk membuat laporan APBN semester pertama yang akan dilaporkan ke kabinet untuk dibahas.
"Akan lihat pelaksanaan APBN 2018 dengan adanya perubahan-perubahan itu. Saya sedang diskusi dengan Menteri ESDM dan Menteri BUMN untuk melihat itu akan dilaporkan ke kabinet," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News