Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga jagung di pasar naik melampaui HAP (harga acuan pembelian) yang ditetapkan pemerintah. Terkait itu, Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) memastikan situasi ini merupakan kondisi musiman terkait momentum panen.
Menurut panel harga pangan Badan Pangan Nasional (BPN), HAP nasional jagung untuk peternak berada di level Rp 5.800 per kilogram. Namun, harga rata-rata nasional sudah tembus ke Rp 6.587 per kilogram.
Menurut Ketua Umum APJI Sholahuddin, kenaikan harga ini terjadi seiring menipisnya stok. Ia menjelaskan, pada dasarnya mayoritas produksi jagung domestik memang dilakukan di awal tahun. Nah pada kondisi itu, ia memastikan harga pasaran tak bakal melebihi HAP.
Baca Juga: Harga Beras Tembus Rp15.500 per Kg, Zulhas Ungkap Penyebabnya
“Produksi jagung kita ini 60%–65% itu dihasilkan di kuartal pertama. Di akhir tahun begini petani memang masih panen, tapi tidak banyak, hanya daerah-daerah yang punya irigasi teknis seperti Jombang, Kediri, Nganjuk, Klaten, Jember, dan sekitarnya,” jelas Sholahuddin kepada Kontan, Kamis (28/8/2025).
Dalam kondisi tersebut, ia memastikan kenaikan harga pun tak dirasakan oleh seluruh petani secara merata.
Namun, ia memprediksi kenaikan harga ini masih akan berlanjut dan terjadi secara cepat. Pasalnya, ia bilang harga di pasar biasanya memang dinaikkan untuk mendorong impor masuk.
“Bisa sampai Rp 10.000 per kilogram itu. Kita selalu berpolemik di akhir tahun bahwa harga tinggi, akhirnya impor masuk. Biasanya untuk mendorong adanya impor itu kan pasti harga akan naik dulu,” sebutnya.
Soal impor, Sholahuddin mengaku petani domestik tak banyak mempermasalahkan. Menurutnya, impor memang dibutuhkan pada masa-masa minim stok seperti sekarang. Namun, impor berkelanjutan tetap menjadi tantangan tersendiri.
Apalagi, petani kini juga dihadapkan oleh risiko banjir impor pertanian dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari negosiasi tarif. Ia menilai bukan tak mungkin harga dibuat mencapai level psikologis tertinggi untuk melancarkan masuknya produk impor.
Sholahuddin mengaku pihaknya sudah berdiskusi dengan BPN dan menyampaikan situasi petani saat ini. Dalam kesempatan itu ia turut menyampaikan harapannya agar peran Bulog tak sebatas pada pembelian, tetapi juga untuk pengeringan.
“Sekarang itu Bulog membeli standar simpan, kadar air 15% dan packing 50 kg per karung. Ini pasti mereka belinya ke tengkulak besar yang punya kapasitas untuk mengelola itu. Kalau Bulog punya fasilitas sendiri, bisa beli langsung dari petani,” tandasnya.
Baca Juga: Beras Kita, Harga Mereka: HET Beras Oleh Bapanas Jadi Gurauan di Pasar
Selanjutnya: MSIG Life Catat Penurunan Klaim Surrender hingga Kuartal II-2025
Menarik Dibaca: Prediksi, H2H, dan Line Up Cremonese vs Sassuolo (29/8): Apakah Bang Jay Main?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News