kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gubernur BI nilai penguatan rupiah masih sesuai fundamental


Rabu, 22 Januari 2020 / 14:05 WIB
Gubernur BI nilai penguatan rupiah masih sesuai fundamental
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo


Reporter: Grace Olivia | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, penguatan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan pada awal tahun masih sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. 

Secara  year-to-date, kurs rupiah menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia tercatat menguat 1,6% ke level Rp 13.678 per dolar Amerika Serikat (AS), Rabu (22/1). 

Sementara rupiah di pasar spot pada Rabu (22/1) pukul 14.00 WIB berada di level 13.666 per dolar AS atau menguat 1,44% sepanjang 2020 ini. 

“Penguatan rupiah sejalan dengan fundamental yaitu inflasi yang rendah, pertumbuhan yang meningkat, dan juga neraca pembayaran surplus. Aliran modal asing pun masuk, makanya nilai tukar rupiah menguat. Ini juga sejalan dengan mekanisme pasar,” terang Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). 

Perry juga menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya menyebut agar mewaspadai penguatan rupiah sebab dapat menurunkan daya saing perdagangan Indonesia. Perry memandang, pernyataan tersebut bukan merupakan arahan terhadap BI sebab Presiden dipastikan menjunjung tinggi independensi bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

Baca Juga: KSSK: Stabilitas sistem keuangan Indonesia kuartal IV-2019 masih terkendali

“Memang iya, kalau eksportir komoditas akan lebih senang kalau melemah (rupiah) karena pengaruhnya lebih ke hasil rupiah dari ekspor yang lebih tinggi. Tapi ekspor komoditas pun tidak terlalu sensitif terhadap pelemahan rupiah, lebih sensitif ke permintaan luar negeri,” kata dia.

Adapun penguatan rupiah, diyakini dapat mendorong investasi dalam negeri terutama di sektor manufaktur. Sebab kurs rupiah yang kuat dapat menurunkan biaya produksi dari industri yang banyak mengimpor bahan baku dan barang penolong. 

“Karena banyak industri dengan kandungan impor tinggi sehingga penguatan rupiah bisa mendorong investasi dalam negeri termasuk mendorong ekspor khususnya manufaktur,” pungkas Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×