Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di Indonesia masih terus berlanjut menjelang akhir tahun 2025. Terbaru, PHK terjadi di industri teknologi digital hingga industri ban.
Data Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi) mencatat, hingga Oktober tahun ini, jumlah pekerja yang terdampak PHK dari berbagai sektor sudah mencapai angka puluhan ribu.
Presiden Aspirasi, Mirah Sumirat mengatakan bahwa PHK masif ini terutama terjadi pada sektor yang sensitif terhadap perlambatan ekonomi global dan adaptasi pasca-pandemi, yakni sektor digital, manufaktur, dan otomotif.
“Kasus seperti yang terjadi di Blibli dan Michelin menjadi sinyal bahwa adaptasi pasca-pandemi dan perlambatan ekonomi global masih berdampak terhadap keberlangsungan tenaga kerja di Indonesia,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (2/11/2025).
Baca Juga: Marak PHK, Pekerja dan Petani Tembakau Butuh Regulasi yang Adil
Mirah mengungkapkan, potensi PHK masih akan berlanjut hingga akhir tahun, khususnya di industri yang menghadapi penurunan permintaan dan efisiensi bisnis. Efisiensi ini kerap dipicu oleh digitalisasi dan penurunan volume ekspor.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Aspirasi, hingga Oktober 2025 tercatat sekitar 65.000 hingga 70.000 pekerja dari berbagai sektor yang terdampak PHK, baik permanen maupun sementara.
"Angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kami terus berkoordinasi dengan serikat-serikat anggota di daerah untuk memperbarui data ini secara berkala," tegasnya.
Baca Juga: PHK Tembus Hampir 1 Juta Pekerja, KSPN Peringatkan Ancaman Gelombang Baru
Meski demikian, Mirah mendorong agar langkah efisiensi yang diambil pengusaha tidak selalu berujung pada PHK massal. Pihaknya menyarankan pengusaha mencari solusi melalui dialog sosial dengan serikat pekerja.
Menurutnya, solusi alternatif yang bisa ditempuh antara lain pengaturan jam kerja yang lebih fleksibel, atau skema reskilling dan upskilling bagi para pekerja.
Dia mengakui, penyerapan kerja baru memang masih terjadi, terutama pada sektor jasa, logistik, dan ekonomi kreatif. Namun, ia menyayangkan, pertumbuhan lapangan kerja baru tersebut belum sebanding dengan tingginya angka kehilangan pekerjaan.
"Artinya, masih ada kesenjangan antara kemampuan pasar kerja menyerap tenaga baru dan meningkatnya jumlah pekerja yang terdampak restrukturisasi," imbuhnya.
Baca Juga: Gelombang PHK Marak di Indonesia, Menaker Ungkap Biang Keroknya
Selanjutnya: Laba Graha Layar Prima (BLTZ) Melesat 149,86% per kuartal III-2025
Menarik Dibaca: 7.500 Pelari Ramaikan PLN Electric Run 2025, Kurangi Emisi dari Setiap Langkah Lari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













