kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Gejolak Harga Pangan Masih Membayangi Tingkat Inflasi di Awal 2024


Kamis, 28 Desember 2023 / 13:45 WIB
Gejolak Harga Pangan Masih Membayangi Tingkat Inflasi di Awal 2024
ILUSTRASI. proyeksi tingkat inflasi di awal tahun 2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ancaman harga pangan yang diperkirakan melonjak hingga awal tahun depan akan membayangi prospek inflasi di 2024.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan, gejolak harga pangan bisa mengerek inflasi menjadi 3,4% hingga 4,2% pada kuartal I 2024 mendatang.

Sementara itu, inflasi bahan makanan bisa meningkat menjadi 7,9% secara year on year (yoy) atau lebih tinggi dari posisi November 2023 sebesar 7,19%.

Ditengah tekanan inflasi tersebut, Ia juga khawatir daya beli masyarakat akan karena tidak dibarengi dengan kenaikan upah minimum yang lebih tinggi.

“Dengan tekanan inflasi yang kembali meningkat namun tidak dibarengi kenaikan upah minimum yang lebih tinggi maka daya beli masyarakat bisa tertekan,” tutur Bhima kepada Kontan.co.id, kamis (28/12).

Ketentuan upah minimum yang tidak sesuai dan tantangan inflasi ini kata Bhima, paling terasa dampaknya ke masyarakat kelompok 40% pengeluaran menengah. Implikasinya, pertumbuhan jumlah tabungan masyarakat kelas menengah akan lebih rendah karena sebagian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok.

Baca Juga: AMRO Perkirakan Konsumsi Domestik RI Masih Kuat di Tengah Tantangan Global

Di samping itu, Bhima memperkirakan akan banyak pekerja yang terpaksa mengambil dua posisi sekaligus, yakni bekerja di sektor formal dan informal.

“Jadi pagi sampai sore mereka kerja di pabrik atau kantor, pulang kerja jaga warung, menjadi ojek online atau pedagang kaki lima,” ungkapnya.

Jika hal itu terjadi, maka konsekuensinya, pekerja di sektor informal akan makin besar, karena perlu menutup biaya hidup yang tinggi dengan pendapatan ekstra.

Untuk diketahui, Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi pada tahun 2024 bergerak di kisaran 2,5% plus minus 1%. Target tersebut turun dibandingkan target inflasi tahun 2023 yang sebesar 3% plus minus 1%.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, selain penguatan sinergi kebijakan antara otoritas fiskal dan moneter, pengendalian pangan jadi kunci utama untuk mengendalikan inflasi.

Baca Juga: El Nino dan Hujan yang Belum Rata Ganggu Produksi Cabai dan Bawang Merah

"Pengendalian inflasi pangan perlu diperkuat. Khususnya, mitigasi gangguan jangka pendek yang disebabkan oleh fenomena kekeringan El Nino," tutur Perry dalam Rakornas Pengendalian Inflasi, Kamis (31/8).

Dengan demikian, Perry bilang Jokowi meminta agar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk dilanjutkan dan diperkuat pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×