Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Staf khusus Presiden bidang ekonomi dan pembangunan Firmanzah membantah pernyataan Menteri Koordinator bidang perekonomian terkait kondisi ekonomi. Menurut Firmanzah kondisi konstelasi politik dalam negeri masih dalam batas-batas yang wajar.
Oleh karenanya, suasana gaduh yang terjadi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bukan faktor utama yang mempengaruhi gejolak di pasar keuangan dan pasar saham akhir-akhir ini. Justru, menurutnya melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan koreksi yang tercatat di indeks harga saham gabungan (IHSG) lebih didorong oleh kekhawatiran akan kebijakan bank sentral AS The Federal Rserve (Fed).
Menurut Firmanzah, pelemahan nilai tukar mata uang dialami banyak negara di Asia dan tidak terkecuali Indonesia. Ia memperkirakan, investor global sedang melakukan konsolidasi atas portfolio mereka dengan melakukan penghitungan kembali baik resiko maupun imbal hasil atas rencana penempatan dana di banyak negara.
"Pengakhiran stimulus moneter akan berdampak langsung terhadap likuiditas global dan hal ini perlu menjadi perhatian khusus," ujar Firmanzah, Senin (6/10) seperti dikutip KONTAN dari website resmi pemerintah www.setgab.go.id.
Sementara itu, mengenai suhu politik yang meningkat di Senayan dinilai hal yang wajar. bahkan menurutnya, Indonesia sudah berpengalaman dalam situasi politik yang bergejolak. Ia mencontohkan ketika terjadi dinamika politik di DPR, terkait dengan polemik bail-out Century tahun 2010-2011, Indonesia mendapatkan status investment-grade oleh S&P, Moody’s, Fitch, Japan Credit Agency (JCRA).
Sebelumnya, menko perekonomian Chairul Tanjung menilai kondisi ekonomi saat ini menunjukkan kekhawatiran dunia usaha terhadap kondisi politik. Pasar, menurut Chairul, khawatir jika kondisi politik terus seperti ini, pemerintahan baru tidak bisa memiliki bargain power menghadapi parlemen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News