Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencatat defisit di sepanjang tahun 2023, defisit neraca transaksi berjalan pada tahun 2024 diramal melebar.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menghitung, defisit transaksi berjalan pada sepanjang tahun ini akan berada di kisaran 0,7% produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut melebar bila dibandingkan dengan defisit transaksi berjalan di sepanjang tahun 2023 yang sebesar 0,1% PDB.
Pembengkakan defisit neraca transaksi berjalan pada tahun ini didorong oleh potensi penurunan surplus neraca perdagangan barang karena menyusutnya ekspor.
“Harga komoditas ekspor pada tahun ini akan terus menurun, serta penurunan volume permintaan ekspor dari China,” terang Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (22/2).
Baca Juga: BI Buka Peluang Defisit Transaksi Berjalan Akan Melebar di 2024
Selain itu, neraca transaksi modal dan finansial juga akan mendapat tekanan dari sentimen era suku bunga tinggi dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) setidaknya pada semester I-2024.
Penurunan suku bunga bank sentral global, terutama The Fed, diyakini baru terjadi pada semester II-2024.
Kabar baiknya, ini akan membawa potensi masuknya aliran masuk dana asing ke inevstasi portofolio.
Hanya, kondisi neraca transaksi berjalan dan neraca transaksi finansial ini berpotensi menggerus potensi surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2024. Dari perkiraan Josua, surplus NPI pada tahun ini akan lebih kecil dari US$ 6,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News