kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Ekonomi Belum Stabil, Konsumen Berhemat dengan Menabung dan Menahan Konsumsi


Kamis, 12 Juni 2025 / 19:32 WIB
Ekonomi Belum Stabil, Konsumen Berhemat dengan Menabung dan Menahan Konsumsi
ILUSTRASI. Survei konsumen Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun lagi pada bulan Mei 2025


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Survei konsumen Bank Indonesia (BI) mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun lagi pada bulan Mei 2025

Tercatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2025 sebesar 117,5 atau lebih rendah dari IKK pada bulan sebelumnya yang sebesar 121,7. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, penurunan IKK disebabkan ketidakstabilan ekonomi, baik secara global maupun domestik. Serta belum pulihnya daya beli masyarakat. 

Ia menyoroti anjloknya indeks durable goods yang merupakan indikator utama daya beli, yang tercermin dari lesunya konsumsi masyarakat pada berbagai momentum penting. Tercatat indeks ini turun menjadi 104,1 atau lebih rendah dibandingkan bulan April sebelumnya sebesar 110,2.

“Pelemahan daya beli terlihat jelas dari pertumbuhan konsumsi saat Lebaran, lesunya penjualan ritel, minimnya aktivitas belanja kurban saat Idul Adha, hingga penurunan kinerja penjualan otomotif,” kata David kepada Kontan, Rabu (12/6).

Baca Juga: Indeks Keyakinan Konsumen Kembali Melorot pada Mei 2025, Optimisme Masyarakat Menurun

David menjelaskan, penurunan pendapatan tidak hanya dirasakan kelompok ekonomi bawah, namun juga menekan seluruh lapisan pendapatan. Sulitnya memperoleh pekerjaan memperburuk situasi, karena sebagian besar pendapatan digunakan untuk membayar pinjaman, sementara konsumsi terpaksa dikurangi.

Di sisi lain, masyarakat kini dinilai cenderung memperbesar alokasi dana untuk tabungan, sebagai respons atas kondisi ekonomi yang dinilai makin memburuk. 

“Ini menandakan kehati-hatian yang tinggi dari konsumen. Bukan hanya karena pendapatan yang terbatas, tapi juga karena mereka bersiap menghadapi risiko ekonomi yang tidak pasti,” imbuhnya.

David mengingatkan perlunya intervensi kebijakan yang lebih berdampak dari pemerintah. Ia menilai langkah pemerintah merilis paket insentif senilai Rp 24,4 triliun di antaranya subsidi upah tapi berdampak positif, walau masih terbatas pada perbaikan konsumsi masyarakat, mengingat kelas menengah belum sepenuhnya tersentuh kebijakan tersebut.

"Kebijakan perlu untuk menyasar juga kelas menengah dimana kelas tersebut merupakan pendorong utama konsumsi masyarakat," imbuh David.

Baca Juga: Survei BI: Ekspektasi Konsumen Terhadap Ekonomi Enam Bulan ke Depan Turun

Selanjutnya: California Gugat Trump di Pengadilan atas Penempatan Marinir AS di Los Angeles

Menarik Dibaca: UGM Gaet Industri untuk Hilirisasi Riset, Sasar Pasar Ekspor Herbal Kosmetika

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×