Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penerbitan Patriot Bond oleh Danantara Indonesia senilai Rp50 triliun dinilai mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional sekaligus mempercepat agenda transisi energi.
Ekonom Universitas Indonesia UI Ahmad Mikail Zaini menilai, instrumen ini dapat menjadi wadah strategis bagi dana besar milik pengusaha nasional yang selama ini tersimpan di luar negeri.
Baca Juga: Urunan Menyokong Proyek Energi Sampah Danantara, Lewat Patriot Bond berkupon 2 Persen
“Daripada dana triliunan rupiah milik pengusaha nasional tersimpan di luar negeri, lebih baik ditempatkan di instrumen yang memberi manfaat ganda,” ujar Ahmad dalam keterangannya, Rabu (27/8/2025).
Menurut Zaini, investasi melalui Patriot Bond tidak hanya menjanjikan imbal hasil yang aman, tetapi juga mengalirkan modal ke sektor prioritas, seperti energi terbarukan, industri ramah lingkungan, dan penciptaan lapangan kerja baru.
Instrumen ini diarahkan untuk mendanai proyek lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah menjadi energi hingga teknologi hijau yang mendukung transisi energi nasional.
"Isu lingkungan tidak bisa ditunda, sementara kebutuhan modalnya besar. Patriot Bond hadir sebagai cara inovatif untuk menjawab kebutuhan itu,” tambahnya.
Chief Economist Sucor Sekuritas ini menekankan, Patriot Bond juga bisa menjadi bentuk tanggung jawab sosial (CSR) bagi kalangan pengusaha.
“Pembiayaan pembangunan nasional akan mendapat topangan dari CSR-nya para pengusaha Indonesia, bahkan mungkin juga negara asing. Patriot Bond membentuk kepedulian sosial untuk berpartisipasi dalam pembangunan lingkungan dan energi,” jelasnya.
Selain itu, Zaini menilai investasi ini termasuk kategori aman dengan return yang terukur. “Dalam Patriot Bond ada jaminan jelas pengembalian modal beserta imbal hasilnya. Apalagi kita semua tahu bahwa keuangan Danantara amat kuat,” tegasnya.
Baca Juga: Danantara Dikabarkan bakal Menerbitkan Patriot Bond Senilai Rp 50 Triliun
Secara industri, ruang pembiayaan melalui pasar obligasi di Indonesia masih sangat luas. Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), porsi obligasi korporasi di Indonesia baru sekitar 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga, sehingga membuka ruang ekspansi bagi instrumen baru seperti Patriot Bond.
“Patriot Bond bisa jadi momentum untuk memperbesar peran pasar obligasi korporasi sekaligus mendukung agenda hijau nasional,” pungkas Zaini.
Selanjutnya: Jaga Kualitas, SMBC Indonesia Akui Kredit UMKM Sedang Melambat
Menarik Dibaca: Miss V Bau? Ini 5 Jenis Aroma Miss V dan Penyebabnya yang Harus Wanita Tahu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News