kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.682   19,00   0,11%
  • IDX 8.650   -10,84   -0,13%
  • KOMPAS100 1.191   -1,19   -0,10%
  • LQ45 853   4,51   0,53%
  • ISSI 308   -5,08   -1,62%
  • IDX30 440   5,88   1,36%
  • IDXHIDIV20 509   7,43   1,48%
  • IDX80 133   -0,35   -0,26%
  • IDXV30 138   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   2,14   1,55%

Ekonom Menilai Prospek Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman


Senin, 15 Desember 2025 / 20:01 WIB
Ekonom Menilai Prospek Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman
ILUSTRASI. Ekonom menilai prospek utang luar negeri (ULN) Indonesia masih berada dalam kondisi yang aman dan sehat. (KONTAN/Indra Surya)


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai prospek utang luar negeri (ULN) Indonesia masih berada dalam kondisi yang aman dan sehat, baik dari sisi pemerintah, bank sentral, maupun swasta.

Myrdal menjelaskan, ketergantungan Indonesia terhadap pendanaan luar negeri cenderung menurun. Meski ULN pemerintah masih mencatat pertumbuhan secara tahunan, menurutnya kenaikan sekitar 0,3% masih tergolong rendah.

Perlu diketahui, Bank Indonesia mencatat total ULN Indonesia sampai dengan Oktober 2025 mencapai US$ 423,94 miliar, naik 0,26% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 422,67 miliar pada Oktober 2024.

Dalam catatan Kontan, utang Bank Sentral melalui penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menunjukkan tren lonjakan selama lima tahun terakhir, dan berkontribusi pada naiknya ULN RI jangka pendek dan jangka panjang.

Baca Juga: Pemerintah Tambah Anggaran Belanja Tidak Terduga Rp 268 Miliar untuk Bencana Sumatra

Misalnya pada tahun 2020 tercatat jumlah ULN Indonesia dari SRBI mencapai US$ 44,488 miliar terus naik tiap tahunnya hingga mencapai US$ 65,123 miliar pada tahun 2024.

Lebih lanjut pertumbuhan ULN secara keseluruhan tersebut dinilai lebih bersifat strategis, terutama untuk kebutuhan prefunding tahun depan serta pemenuhan anggaran belanja di akhir tahun.

“Kelihatannya pemerintah sudah sangat efisien menggunakan anggaran dari utang luar negeri untuk kebutuhan belanja. Pemerintah juga tidak ingin menumpuk utang hanya untuk anggaran yang realisasinya belum optimal,” ujar Myrdal kepada Kontan, Senin (15/12/2025).

Dari sisi swasta, Myrdal mencatat tren penurunan utang luar negeri swasta masih berlanjut. Menurutnya, pelaku usaha cenderung tidak mengandalkan pembiayaan dari luar negeri, terutama karena fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pelemahan rupiah, seperti yang terjadi pada Oktober lalu, membuat beban pembayaran utang luar negeri menjadi lebih mahal.

Selain faktor nilai tukar, Myrdal menyebut masih tersedianya ruang pembiayaan dari dalam negeri, khususnya melalui perbankan domestik, menjadi alasan pelaku usaha menahan diri untuk berutang ke luar negeri.

Baca Juga: Menkes Sebut 41 Rumah Sakit Terdampak Banjir di Sumatra Telah Beroperasi Kembali

Secara keseluruhan, posisi utang Indonesia dinilai masih sangat aman. Rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) tercatat sekitar 29,3%, jauh di bawah batas yang ditetapkan dalam Maastricht Treaty. Sementara itu, rasio total utang pemerintah juga diperkirakan masih berada di bawah 40% dari PDB.

“Mayoritas utang luar negeri Indonesia memiliki tenor jangka panjang, sehingga dari sisi struktur utang masih sangat baik dan berkelanjutan,” kata Myrdal.

Ia menambahkan, ruang pemerintah untuk berutang masih terbuka lebar. Namun, pemerintah di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan yang baru dinilai sangat berhati-hati dan efisien dalam penggunaan utang. Jika serapan belanja rendah, pemerintah cenderung tidak menambah utang demi menghindari biaya yang tidak perlu.

Adapun dari sisi swasta, Myrdal menilai langkah agresif dalam menarik utang luar negeri baru akan dilakukan jika kondisi ekonomi domestik membaik, permintaan meningkat, serta kapasitas pembiayaan dalam negeri mulai terbatas. Selain itu, pelaku usaha juga akan mempertimbangkan perkembangan biaya utang global.

“Jika tren suku bunga global menurun dan rupiah menguat, maka masih ada ruang bagi pelaku bisnis domestik untuk lebih agresif memanfaatkan pembiayaan dari luar negeri,” jelas Myrdal.

Di sisi lain, secara bulanan posisi ULN Indonesia pada Oktober 2025 tercatat menurun menjadi sebesar US$ 423,9 miliar, dibandingkan posisi ULN pada September 2025 sebesar US$ 425,6 miliar. 

Kepala Ekonom David Sumual mengatakan secara bulanan (mtm) penurunan ULN didorong berkurangnya ULN swasta yg kaitannya erat dengan penurunan harga komoditas.

"Kebanyakan perusahaan komoditas menahan ekspansi saat tren harga cenderung turun," ungkap David kepada Kontan.

Selanjutnya: Harga Sejumlah Komoditas Pangan Turun, Bapanas Catat Cabai hingga Beras Turun Harga

Menarik Dibaca: Menu Diet Turun Berat Badan Tanpa Nasi untuk Seminggu, Coba yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×