kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45896,35   2,92   0.33%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Ini Nilai Pemberian Bansos Tak Cukup Dongkrak Daya Beli Masyarakat


Senin, 24 April 2023 / 22:30 WIB
Ekonom Ini Nilai Pemberian Bansos Tak Cukup Dongkrak Daya Beli Masyarakat
ILUSTRASI. Strategi pemerintah menyalurkan bantuan sosial (bansos) dianggap tak cukup mendongkrak daya beli masyarakat, khususnya kalangan bawah.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Strategi pemerintah menyalurkan bantuan sosial (bansos) dianggap tak cukup mendongkrak daya beli masyarakat, khususnya kalangan bawah.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengakui masyarakat kalangan menengah ke bawah memang terbilang masih bisa bertahan di tengah ketidakpastian perekonomian.

Meskipun demikian, dia menilai gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) ditambah dengan kenaikan harga BBM yang sebesar 16% tentunya masih memukul perkonomian mereka.

"Jadi masih terasa. Saya mengira memang strategi bansos diperlukan, tetapi memang tak cukup untuk menekan living cost dari masyarakat. Bansos Rp 200 ribu tak cukup dengan beban kenaikan yang harus dipikul," ucap dia, Kamis (20/4).

Baca Juga: Bansos Pangan: Bantuan Beras 151.000 Ton, Bantuan Telur dan Daging Ayam 74.000 Paket

Tauhid juga menyoroti kenaikan beberapa harga barang sandang yang cukup besar menjelang Ramadan dan Lebaran. Kenaikan harga di berbagai sektor seketika membuat perilaku masyarakat menjadi berubah.

Dia berpendapat masyarakat pada akhirnya kembali lagi ke hal paling penting, yakni membeli makanan dan minuman saja. Mereka juga berpikir untuk kembali lagi ke filosofi yang penting Lebaran bareng keluarga ketimbang hal lain.

Menurut Tauhid, sebenarnya momentum Ramadan dan Lebaran bisa dimanfaatkan untuk mendorong perekonomian Indonesia. Akan tetapi, situasi yang belum pulih sepenuhnya membuat perekonomian belum bisa berjalan seperti biasa.

Sementara itu, dia menilai, potensi perputaran uang lebih dari Rp 150 triliun Lebaran tahun ini masih jauh dari angka ideal sekitar Rp 200 triliun.

Berdasarkan fenomena tersebut, Tauhid berpendapat masyarakat sebenarnya menerima uang, tetapi sebagian pengeluaran masih mereka tahan walaupun dari sisi konsumsi terjadi kenaikan.

"Motif berjaga-jaga di tengah ketidakpastian itu hal terpenting bagi mereka, mencegah setelah Lebaran tidak makan, apalagi pas Juni hingga Juli itu periode anak masuk sekolah," kata dia.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional: Penyaluran Bansos Beras di 10 Provinsi Telah Rampung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×