kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Core Nilai Kondisi Ekonomi Indonesia Belum Pulih ke Era Sebelum Pandemi


Minggu, 08 Mei 2022 / 16:57 WIB
Ekonom Core Nilai Kondisi Ekonomi Indonesia Belum Pulih ke Era Sebelum Pandemi
ILUSTRASI. Sejumlah truk pengangkut peti kemas melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (16/12/2021). Ekonom Core Nilai Kondisi Ekonomi Indonesia Belum Pulih ke Era Sebelum Pandemi.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah indikator seperti pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh lebih baik, penerimaan pajak yang meningkat, dan juga kinerja emiten yang mencatatkan pertumbuhan laba, diharapkan akan mendorong ekonomi Indonesia kembali sebelum era pandemi Covid-19.

Pemerintah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022 akan tumbuh 5%. Proyeksi ini naik dari dari periode sama tahun sebelumnya yakni -0,74% di 2021, dan 2,97% di 2020.  Akan tetapi, jika dilihat pada era sebelum pandemi, proyeksi ekonomi pemerintah hampir setara dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy, menilai, meskipun dalam rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022 nanti menunjukkan adanya data keberlanjutan pemulihan ekonomi, tetapi, jika ditelaah lebih dalam proses pemulihan antar kelas pendapatan masyarakat dan juga antar sektor lapangan usaha mengalami perbedaan. 

Dia mencontohkan, saat ini konsumsi terhadap barang-barang non makanan, seperti sandang, peralatan telekomunikasi, peralatan rumah tangga, dan rekreasi masih mengalami tekanan.  

Baca Juga: Ada Momen Lebaran, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2022 Diproyeksi Lebih Tinggi

Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat belum kembali pulih ke era sebelum pandemi. Sehingga, prioritas belanja masyarakat masih pada bahan makanan yang masuk dalam kategori barang yang diperlukan, serta barang yang tidak terlalu sensitif terhadap perubahan pendapatan.

Dia juga melihat, pertumbuhan simpanan perbankan paling kecil tercatat kurang  dari 100 juta. Artinya masih tumbuh pada titik terendah selama 5 tahun terakhir per Februari 2022. Hal ini dapat menjadi indikasi tergerusnya simpanan kelompok simpanan bawah untuk menopang konsumsinya.  

“Kondisi ini dialami oleh penduduk menengah ke bawah terutama dirasakan oleh para pekerja di sektor-sektor yang belum pulih akibat pandemi,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (8/5).

Di sisi lain, kelompok pekerja di sektor informal yang meningkat tajam selama masa pandemi akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), mengakibatkan sebagian pekerja formal beralih ke sektor informal.

Tercatat, per Agustus 2021 masih ada sisa pengangguran yang belum kembali bekerja, yakni sebanyak 1,82 juta jiwa. Yusuf mengatakan, jika masyarakat tersebut belum bekerja, artinya daya beli atau pendapatan mereka belum seutuhnya membaik dan kembali ke level pra-pandemi.

Baca Juga: Survei MSI: Masyarakat Makin Getol Belanja pada Periode Ramadan 2022




TERBARU

[X]
×