kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank Permata memprediksi neraca dagang Maret 2020 surplus US$ 406 juta


Senin, 13 April 2020 / 18:28 WIB
Ekonom Bank Permata memprediksi neraca dagang Maret 2020 surplus US$ 406 juta
ILUSTRASI. Arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Permata memperkirakan neraca dagang pada bulan Maret 2020 akan kembali surplus, meski lebih rendah dari surplus pada bulan Februari 2020. 

Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, neraca dagang pada bulan lalu akan surplus US$ 406 juta, atau menurun dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,34 miliar. 

Baca Juga: Ekonom Core prediksi neraca dagang bulan Maret surplus tipis, ini penyebabnya

"Ini disebabkan laju ekspor terkontraksi 5,71% secara bulanan dan laju impor yang meningkat 9,78% mom. Peningkatan impor dibandingkan bulan lalu ini mendorong penurunan surplus. Tetapi overall, masih tercatat surplus neraca perdagangan," kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (13/4). 

Terperinci, penurunan ekspor pada bulan Maret 2020 disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya penurunan harga komoditas ekspor secara rata-rata selama bulan lalu. Contohnya, harga CPO yang turun 3,16% mom dan harga karet yang turun 20,54% mom, meski ada peningkatan tipis harga batubara sebesar 0,67% mom. 

Kontraksi ekspor tersebut juga terlihat dari indikator aktivitas manufaktur di mayoritas negara tujuan ekspor Indonesia seperti Eropa yang turun ke level 44,5, Amerika Serikat (AS) yang turun ke 48,5 serta Jepang yang turun hingga level 36,2. 

Sementara itu, impor secara bulanan terlihat meningkat disebabkan oleh aktivitas manufaktur di China yang sudah mulai meningkat akibat jumlah kasus Covid-19 yang mulai menurun dibandingkan bulan Februari 2020. 

Baca Juga: Ekonom BNI proyeksikan neraca perdagangan Maret surplus US$ 3,12 miliar

Aktivitas ini juga terlihat dari Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur China pada Maret 2020 yang mengalami peningkatan hingga 50,3. Padahal, pada bulan Februari 2020, angka PMI manufaktur China mengalami kontraksi atau berada di level 35,7. 

Dengan adanya aktivitas produksi yang mulai kembali meski belum 100% normal tersebut yang akhirnya menyebabkan potensi impor dari negara tirai bambu tersebut cenderung meningkat pada akhir Maret 2020.  

Bila secara tahunan, Josua memperkirakan ekspor dan impor pada bulan tersebut sama-sama mengalami kontraksi, yaitu ekspor turun 6,94% yoy dan impor menurun 5,31% yoy. Penurunan impor ini terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas manufaktur domestik. 

Penurunan aktivitas manufaktur domestik ini juga terlihat dari PMI manufaktur domestik yang turun ke level 45,3 pada bulan Maret 2020 atau lebih rendah dari Februari 2020 yang sebesar 51,9. "Hal ini mengindikasikan bahwa impor bahan baku dan barang modal cenderung lemah," tambahnya. 

Meski begitu, Josua melihat masih ada kecenderungan peningkatan impor barang konsumsi, terutama terkait dengan alat=alat kesehatan dan obat-obatan dalam rangka penanganan Covid-19 secara nasional. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×