Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas ekspor tahun ini yang lebih rendah dibanding tahun lalu, menyebabkan pertumbuhan riil ekspor Indonesia 2018 melambat dari tahun 2017. Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat-China juga akan berampak pada ekspor mengingat kedua negara tersebut merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan ada di level 5,1%-5,5%. "Proyeksi itu sudah memperhitungkan dampak ke pertumbuhan ekonomi via jalur perdagangan," kata Dody kepada KONTAN, Kamis (5/7). Lebih spesifik, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menyebut, ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan tumbuh di kisaran 5,1%-5,2%.
Dody mengatakan, pertumbuhan ekspor yang tidak setinggi tahun lalu disebabkan rendahnya harga komoditas ekspor Indonesia di tingkat dunia. Belum lagi, ekspor manufaktur juga masih belum mampu menangkal turunnya pertumbuhan ekspor komoditas.
Dody memproyeksikan, eskpor riil Indonesia di tahun ini hanya akan tumbuh 6%-7% year on year. Angka itu lebih rendah dibanding perkiraan pertumbuhan impor tahun ini yang sebesar 10%-12%.
"Tingginya kenaikan impor riil terutama sejalan dengan impor barang modal untuk kegiatan investasi infrastruktur pemerintah yang pesat dilakukan untuk sebagian besar dituntaskan di 2018-2019," tambah dia.
Mirza menambahkan, pertumbuhan ekonomi tahun ini berpotensi mengalami pemulihan. Namun, memang tidak setinggi yang diperkirakan. Penyebabnya, konsumsi rumah tangga yang belum meningkat signifikan. "Keyakinan konsumen ada perbaikan, tapi perbaikannya belum signifikan. Penjualan juga demikian, levelnya masih belum sesuai harapan kita," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News