kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dunia Usaha Tertekan, Permohonan Diskon Pajak Bakal Melonjak?


Rabu, 17 April 2024 / 06:10 WIB
Dunia Usaha Tertekan, Permohonan Diskon Pajak Bakal Melonjak?
ILUSTRASI. Petugas melayani wajib pajak di salah satu kantor pelayanan pajak pratama di Jakarta, Selasa (30/8/2022). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

"Memang, data kuartal I dari Badan Pusat Statistik (BPS) belum keluar, namun data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan optimisme konsumen, terakhir di keyakinan bulan Maret meningkat dari bulan sebelumnya. Ekonomi tahun 2024 ini juga banyak yang memproyeksikan akan lebih baik dari tahun lalu," jelasnya.

Menurut Fajry, pelemahan hanya terlihat dari sisi perdagangan Internasional. Pada bulan Februari 2024, nilai ekspor Indonesia turun 9,45%. Ini terjadi karena adanya pelemahan ekonomi dari mitra dagang Indonesia seperti China dan Jepang.

Sedangkan di tingkat domestik, pelemahan terjadi hanya pada penjualan kendaraan roda dua. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan motor tercatat sebanyak 1,15 juta unit pada Januari-Februari 2024 alias turun 3,36%. 

Direktur Eksekutif Indonesia Economic Fiscal (IEF) Research Institute Ariawan Rahmat menyadari bahwa perlambatan dunia usaha memang telah dikeluhkan oleh para pengusaha sejak akhir tahun 2023 lalu.

Baca Juga: Ekonom Sebut Momen Ramadan dan Lebaran Dongkrak Penerimaan Pajak

Di sisi domestik, hal ini dipicu oleh kekuatan daya beli masyarakat yang sejak awal tahun ini terperosok di tengah lonjakan harga pangan yang kian melejit dan angka pengangguran yang belum bisa turun ke level sebelum pandemi.

"Indikasi tertekannya daya beli ini bisa dicek dari angka inflasi inti yang dirilis oleh BPS awal tahun ini terperosok ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir," terang Ariawan.

Penyebab lainnya adalah melemahnya nilai tukar rupiah sehingga harga-harga barang ikut meningkat. Menurut Ariawan, depresiasi Rupiah akan meningkatkan biaya industri yang mengimpor bahan baku, serta harga barang impor juga menjadi lebih mahal.

"Ini menjadi kendala bagi dunia usaha dalam mengembangkan usahanya," katanya.

Apalagi, pekan ini, Rupiah berada di level Rp 16.000 per dolar AS. Keadaan ini juga menyulitkan pelaku bisnis, terutama pebisnis importasi sehingga terjadi pelemahan permintaan di beberapa sektor yang akhirnya mempengaruhi kinerja korporasi di 2024 ini.

Tidak hanya itu, China juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ekonomi Indonesia. Pelemahan permintaan dari China ini akan mempengaruhi ekosistem dunia usaha yang terlibat dalam proses ekspor tersebut.

Baca Juga: Konflik Iran-Israel Bakal Menambah Beban APBN

Kemudian, faktor lainnya yang menjadi ancaman dunia usaha di Indonesia adalah kondisi geopolitik yang semakin memburuk.

"Perang Ukraina belum kelar, kini ditambah ada eskalasi konflik Iran dan Israel. Ini juga akan berdampak bagi dunia usaha di dunia, termasuk di Indonesia," terang Ariawan.

Dirinya menyarankan pemerintah harus memberikan insentif dengan instrumen fiskal dan belanja pemerintah yang disesuaikan dengan tantangan lanskap ekonomi global.

"Misalnya, insentif perpajakan diarahkan kepada sektor-sektor usaha yang berpotensi terdampak akibat melemahnya permintaan," imbuhnya.

Selanjutnya: KPU Mengelak Semua Dalil Pemohon Sengketa Pilpres 2024

Menarik Dibaca: Cuaca Besok (18/4) di Jakarta Mulai Kembali Hujan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×