Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengkritik pemerintah yang lebih mementingkan pertumbuhan perkebunan sawit dibandingkan tanaman pangan. Padahal, saat ini terjadi ketimpangan yang jauh antara pertumbuhan luas perkebunan sawit dengan tanaman pangan.
Ketua Komisi IV DPR M. Romahurmuzy menegaskan, jumlah luas lahan perkebunan sawit kini sudah hampir menyamai luas lahan tanaman pangan. Luas lahan perkebunan sawit kini sudah mencapai 8,0 juta hektare, sementara luas lahan tanaman pangan mencapai kini mencapai 8,2 juta hektare. "Tapi harus diingat, kemajuan sawit ini dicapai dalam 30 tahun terakhir. Bandingkan dengan tanaman pangan yang sudah berabad-abad," kata pria yang juga Sekjen PPP tersebut.
Dalam neraca perdagangan sektor tahun 2012 lalu sebesar US$ 34 miliar, sektor perkebunan menyumbang surplus secara luar biasa sebesar US$ 24 miliar. Ironisnya, sektor tanaman pangan justru mengalami defisit luar biasa sebesar US$ 5 miliar. "Jadi sekarang terjadi ketimpangan, yang satu surplus luar biasa namun satunya defisit luar biasa,"kata Romy.
Oleh sebab itulah Romy mengkritik sikap Menhut Zulkifli Hasan yang mendukung pembukaan hutan di sepanjang Perbatasan Kalimantan-Malaysia untuk diubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, Indonesia seharusnya tidak lagi berkonsentrasi memperluas lahan perkebunan sawit. "Indonesia seharusnya lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan produk turunan sawit,"ujar Romy.
Pembukaan hutan menjadi kebun sawit di perbatasan Kalimantan-Malaysia sendiri juga banyak dicemaskan berbagai kalangan, seperti Kaukus DPD RI Kalimantan. Kaukus menganggap rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan Indonesia - Malaysia masih belum memerlukan upaya pelepasan kawasan hutan untuk dialokasikan menjadi areal perkebunan kelapa sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News