Reporter: Herlina KD | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Surplus neraca perdagangan yang terjadi pada Maret 2013 lalu ternyata tak bertahan lama. Pasalnya, pada April 2013 Indonesia kembali mencatatkan defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,62 miliar.
Defisit neraca perdagangan ini adalah defisit terbesar sepanjang tahun ini, dan merupakan defisit neraca perdagangan yang tertinggi kedua setelah Oktober 2012 lalu yang sebesar US$ 1,88 miliar. Secara kumulatif, selama Januari - April 2013 defisit neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 1,85 miliar.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada April 2013 ekspor tercatat sebesar US$ 14,7 miliar, turun 9,11% ketimbang periode yang sama tahun 2012, dan turun 2,18% ketimbang Maret 2013. Sedangkan impor April tercatat sebesar US$ 16,31 miliar, turun 3,68% ketimbang periode yang sama tahun 2012. Jika dibanding Maret 2103, impor April 2013 naik 9,59%.
Kepala BPS Suryamin menyebutkan krisis ekonomi global masih berlanjut. Sehingga, meski volume ekspor beberapa komoditas global sedikit naik, namun hasilnya tidak terlalu signifikan. Pasalnya, "Harga komoditas secara umum masih rendah, sehingga masih ada defisit neraca perdagangan," ujarnya Senin (3/6).
Ia menambahkan, defisit neraca perdagangan pada April 2013 ini terjadi akibat defisit neraca perdagangan migas yang sebesar US$ 1,209 miliar. Defisit neraca migas ini disebabkan adanya defisit neraca perdagangan minyak mentah sebesar US$ 687,1 juta dan defisit neraca perdagangan hasil minyak sebesar US$ 1,68 miliar yang tak mampu ditutup oleh surplus neraca perdagangan gas sebesar US$ 1,162 miliar.
Di sisi lain, neraca perdagangan non migas yang biasanya surplus, pada April 2013 juga mencatatkan defisit sebesar US$ 407,4 juta.
Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, pelebaran defisit neraca perdagangan yang terjadi pada April 2013 disebabkan turunnya harga komoditas ekspor. "Rata-rata harga komoditas turun sekitar 17% - 18% ketimbang periode yang sama tahun lalu," jelasnya.
Meski terjadi kenaikan volume ekspor beberapa komoditas, namun Sasmito bilang ada tiga komoditas ekspor utama seperti minyak sawit mentah (CPO), gas alam, dan batubara yang volume ekspornya juga turun, sehingga berpengaruh pada total nilai ekspor.
Melihat kondisi global yang belum pulih, Sasmito memperkirakan pelebaran defisit neraca perdagangan masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan. Menurutnya, dengan kondisi global yang belum pulih, kinerja ekspor belum akan terdorong kuat.
Di sisi lain, arus impor terutama impor bahan baku/penolong pada beberapa bulan ini masih akan tinggi karena pengusaha bakal menggenjot produksi untuk mengantisipasi tingginya permintaan barang penjelang puasa dan lebaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News