kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Defisit APBN 2015 turun dari 2,32% jadi 2,21% PDB


Selasa, 23 September 2014 / 09:39 WIB
Defisit APBN 2015 turun dari 2,32% jadi 2,21% PDB
ILUSTRASI. Kumpulan twibbon Hari Nelayan Nasional 2023.


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pemerintah bersama Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sepakat untuk menyusun postur anggaran yang lebih sehat di RAPBN 2015 dengan menurunkan defisit anggaran dari 2,32% menjadi 2,21% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Pendapatan negara dalam postur RAPBN 2015 disepakati sebesar Rp 1.793,6 triliun, sedangkan belanja negara disepakati Rp 2.039,5 triliun. Defisit pembiayaan menjadi sebesar Rp 245,9 triliun, atau sebesar 2,21% terhadap PDB. 

Defisit dalam postur RAPBN 2015 lebih rendah dari Rancangan APBN 2015 yang mencapai 2,32% terhadap PDB, di mana pendapatan dirancang sebesar Rp 1.762,3 triliun, sedangkan belanja negara mencapai Rp 2019,9 triliun. 

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Andin Hadiyanto dalam rapat, Senin (22/9/2014) menuturkan, belanja prioritas diusulkan Rp 8,2 triliun, belanja optimalisasi Rp 15,5 triliun, penerbitan SBN 3 bulan untuk mengurangi defisit sebesar Rp 27,9 triliun, sedangkan pembayaran bunga utang Rp 1,8 triliun. "Sehingga totalnya menjadi Rp 49,7 triliun. Ini membuat defisitnya menjadi 2,21 persen terhadap PDB," kata Andin. Ditemui usai rapat,

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, walaupun asumsi RAPBN 2015 bersifat baseline, namun defisitnya coba diturunkan, dari 2,32% menjadi 2,21% terhadap PDB. 

Menurut Chatib, hal ini tak luput dari antisipasi kebijakan moneter Amerika Serikat yang akan membuat likuiditas global di tahun depan makin ketat. Dengan akses pembiayaan luar negeri yang lebih sulit, Chatib menyampaikan penting bagi pemerintah untuk menekan defisit anggaran. 

"Kalau tadi dilihat sebetulnya pengurangan defisit dengan menerbitkan SBN Rp 27,9 triliun. Kalau kita banyak utangnya (dari luar), padahal resiko dari kebijakan moneter AS tinggi, kan bisa repot. Itu yang coba kita lakukan. Saya menduga akan ada likuiditas lebih ketat di tahun depan. Oleh sebab itu ketergantungan terhadap utang diperkecil," kata Chatib. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×